InaHRS ECG Championship 2022 Winner: Belajar EKG dari Buku hingga ke Twitter! Kok bisa??

belajar EKG

Belajar EKG ternyata bisa dari mana saja, ngga cuma dari buku, tapi ternyata kita bisa juga belajar EKG dari Twitter. Masa sih?

Trik yang sama ternyata sudah dijalani oleh tiga pemenang ajang ECG Championship for General Practitioner di event InaHRS 2022. Uniknya, ketiga juara ini tidak hanya belajar EKG dari twitter, bahkan mengenal satu sama lain salah satunya melalui media ini! Seperti apa kisahnya?

Menjadi tim juara EKG: Berawal dari Twitter hingga ke Forum Diskusi EKG

Mereka adalah dr. Wingga Aji, dokter internship dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dr. Daniel Sukmadja dokter umum dari Universitas Gadjah Mada, dan Nikita Pratama seorang Ko-asisten (koas) dari Universitas Sam Ratulangi. 

Meskipun mereka berasal dari institusi yang berbeda dengan kesibukan yang berbeda, nyatanya kegemaran dalam mempelajari EKG justru mempertemukan mereka hingga akhirnya dapat membentuk tim yang handal untuk maju dalam kompetisi EKG bergengsi tersebut.

“Sebenernya kita itu bertemunya di sosmed, di Twitter,” jelas dr. Daniel ketika ditanya awal pertemuan mereka, “ada banyak dokter di Twitter yang suka share-share EKG gitu, nah Wingga dan Niki kebetulan sering berdiskusi di situ”.

Pertemuan ketiganya tidak berhenti sampai di situ, karena ternyata ketiganya tergabung dalam komunitas 1 Hari 1 EKG besutan dr. Yusuf Suseno, Sp.JP(K). “Aku dan Niki sering jawab (di forum itu), terus akhirnya kita kontak-kontakan via DM, sering diskusi, terus akhirnya kita bikin grup,” jelas dr. Wingga.

Ketiganya acapkali bertemu dalam kompetisi-kompetisi EKG bergengsi diajang seperti InaHRS 2021 dan WECOC 2022, meskipun dalam grup yang berbeda, “waktu itu aku dalam tim yang berbeda, aku juara dua, Wingga dan Niki juara satunya” jelas dr. Daniel. Namun, pada ajang InaHRS ECG Championship 2022 ketiganya akhirnya bergabung dan langsung membesut juara satu.

Baca juga  Balik ke Klinis setelah Hiatus? Coba Cara Ini

Seperti apa sih kompetisi EKG itu dan apa untungnya?

“Secara umum ada soal klinis pasien, gambar EKG, dan nanti ada jawaban pilihan ganda diagnosis EKG-nya itu,” jelas Niki, “tapi dalam tahap kualifikasi, ada pertanyaan tentang terapinya juga”.

Selain ditantang untuk menjawab dengan tepat, ternyata kecepatan dalam menjawab juga diujikan melalui babak cepat dan tepat menjawab diagnosis EKG.

Dari kompetisi tersebut, ketiganya mengaku bisa mendapatkan uang jajan tambahan yang besarnya tidak sedikit. Namun, yang lebih penting ketimbang uang, adalah peluang untuk ketiganya bertemu para ahli jantung Indonesia, mengenal para konsulen, kemudian belajar, dan berdiskusi langsung dengan para ahli dalam forum perlombaan tersebut. 

Bagi ketiganya yang berkeinginan melanjutkan ke jenjang spesialisasi kardiologi, peluang untuk bisa mengenal dan memperluas koneksi di dalam jaringan spesialis kardiologi merupakan suatu kesempatan yang luar biasa kedepannya.

Ditengah kompetisi EKG InaHRS 2022

Mengapa Cardio?

Masing-masing dari ketiga juara ini mengakui bahwa mereka jatuh cinta dengan kardiologi karena pengalaman yang mereka dapatkan selama menjalani studi kedokteran. Umumnya ketika menjalani stase kardiologi ketika menjalani koas.

Seperti dr. Daniel yang merasakan suasana kondusif di departemen kardiologi, residen dan konsulen yang ramah yang membuatnya senang dengan kardiologi. Ditambah lagi, pengalamannya diajak melakukan penelitian oleh seorang konsulen kardio sewaktu dirinya internship, menambah rasa senangnya terhadap bidang ini.

“Apalagi dosen pengajar aritmia dulu waktu pre-klinik, dr. Erika Maharani, Sp.JP(K) beliau bagus sekali kalau mengajar mahasiswa pre-klinik, jadinya makin semangat,” tambah dr. Daniel.

Setali tiga uang, dr. Wingga juga merasakan pengalaman di stase kardiologi selama fase koas banyak menginspirasinya untuk mempelajari bidang ini lebih dalam.

Sementara, Niki mengaku modul kardiologi yang ia dapatkan di semester 3, membuatnya jatuh cinta terhadap konsep keilmuan kardiologi tersebut sejak awal, “karena kardiologi itu logis, ngga banyak hapal-hapalannya, yang penting paham konsep dasar” tukas Niki.

Baca juga  The Life After PPDS: Sarapan Bareng dokter Sp.JP (Episode 1)

Apalagi, saat ini jumlah ahli aritmia masih sedikit, termasuk di kampung halaman Niki di Kalimantan yang belum memiliki konsultan di bidang aritmia, menjadikannya semakin bersemangat untuk mempelajari ilmu kardiologi dan EKG bahkan ketika sudah meninggalkan modul kardiologi sekalipun.

Bagaimana pola belajar EKG kalian?

“Menurut saya, untuk semua bidang di kardiologi, kita itu perlu mempelajari dasarnya, anatomi, fisiologi, dan khusus untuk EKG, itu belajar elektrofisiologi,” lanjut Niki, “kita belajar sistem konduksi normal supaya kita bisa memahami bagaimana gelombang-gelombang dalam EKG bisa terbentuk, jadi kita harus bikin fondasi yang kuat dari dasar”.

Untuk latihan-latihan EKG, Niki mengakui jika platform Twitter memberinya kemudahan untuk mengakses data-data EKG dari banyak pasien di seluruh dunia. Hal ini menjadikan Twitter sebagai media belajar yang baik untuk orang-orang yang sudah “khatam” buku-buku EKG.

“Umumnya dokter-dokter ahli aritmia dari India yang biasanya suka share kasus dan diskusi melalui twitter” tambahnya lagi.

Hal ini juga diiyakan oleh dr. Wingga, dimana menurut pengalamannya, dirinya bisa langsung berdiskusi tentang kasus EKG langsung ke ahlinya melalui media direct message Twitter, “bahkan, pertanyaan se-simple apapun, mereka mau jawab. Rata-rata mereka adalah ahli EKG dari India, dari Amerika, yang mereka itu sangat humble,” jawab dr. Wingga.

Satu hal yang ditekankan oleh dr. Daniel adalah pentingnya memiliki minat. Karena tanpa minat yang kuat untuk mempelajari sesuatu, kita ngga akan bersemangat. “Saya belajar EKG karena saya berminat jadi spesialis jantung, kan ngga mungkin jadi spesialis jantung tapi ngga bisa baca EKG,” ujar dr. Daniel.

Menjalani kompetisi EKG InaHRS 2022

Menurut dr. Daniel, kedisiplinan adalah salah satu kunci untuknya belajar EKG. Setiap malam dr. Daniel mengaku mempelajari 10 EKG/hari selama internship. Dari kedisiplinannya belajar tiap malam, kemudian menjadi sebuah kebiasaan. Mulai belajar dari buku, hingga akhirnya merambah ke Twitter. Apalagi disela kesibukannya sebagai dokter umum, media Twitter bisa menjadi media pembelajaran yang sangat praktis.

Baca juga  Hidup Setelah Internship: Apa Saja Hal yang Penting?

Adakah tips dan trik belajar EKG ala juara EKG?

“Pertama, belajar dasar-dasarnya dulu, jangan takut untuk mencoba, termasuk untuk menjawab soal EKG, jangan malu kalau salah, dan jangn takut bertanya kalau ngga paham,” jawab dr. Daniel. 

“Belajar dari YouTube juga, akan lebih mudah dipahami, bisa mulai dari channelnya dr. Yusuf Suseno Sp.JP, karena beliau mengajar mulai dari yang basic sampe ke advance, dan juga dari kasus-kasus. Jadi lebih menyenangkan,” tambah dr. Wingga, “dan jangan lupa, harus suka dulu”.

Selain mengiyakan tips dan trik dari kedua seniornya, Niki juga menekankan pentingnya niat dan menyingkirkan mental block, “mental block itu seperti sudah terlanjur mikir kalau (EKG) ini susah duluan,” jelasnya. Karena, menurutnya EKG tidak sesulit itu. 

Baik ketiganya setuju pentingnya memiliki platform belajar yang baik, salah satunya seperti forum 1hari1EKG, dimana para pesertanya bisa saling belajar, saling berdiskusi dari kasus-kasus EKG yang ditampilkan dalam platform tersebut.

Dan, ketiganya juga percaya bahwa platform media sosial baik itu instagram, twitter, maupun YouTube juga bisa menjadi platform belajar yang baik dan bermanfaat. Banyak media belajar yang gratis dan praktis, tidak selalu harus mengikuti kursus EKG berbayar.

Kalau kamu, siap jadi jagoan EKG berikutnya? 

Leave a Reply