The Life of PPDS Mom

PPDS Mom

Menjalani pendidikan di tengah perannya sebagai ibu adalah sebuah tantangan bagi para wanita modern. Tapi, menjadi PPDS Mom bukanlah sesuatu yang mustahil.

Meskipun begitu, perjalanan sebagai PPDS Mom tidaklah semudah itu. Akan selalu ada hal-hal yang dikorbankan. Seperti yang diceritakan oleh dr. Angga Maulidha, Sp.PD, atau yang akrab disapa Angga berikut ini.

Menjalani pendidikan: antara kesempatan dan support

Memilih untuk melanjutkan studi bagi para ibu yang sudah dikaruniai anak bukanlah hal yang mudah. Sebab, sejatinya seorang ibu pasti ingin menghabiskan waktunya membesarkan anak-anaknya.

Namun, bagi Angga, ia memilih untuk menjalani pendidikan di tengah perannya sebagai ibu, lantaran ada waktu dan kesempatan yang cocok, yang terkadang tidak akan datang dua kali.

“Selain karena kesempatan yang datang, adanya support dari keluarga dan support system yang baik selama menjalani pendidikan adalah salah satu alasan saya mantab menjalani pendidikan” ujarnya.

Mengetahui bahwa kesempatannya sudah datang dan ada support dari keluarga, ia pun mantab menjalani pendidikan PPDS Ilmu Penyakit Dalam di Kota Surabaya.

Apa saja tantangan selama menjadi PPDS Mom?

Sebagai seorang ibu, tentu saja ada ekspektasi terhadap diri sendiri dan terhadap anak. Namun, pada perjalanannya hal itu tidak selalu tercapai.

Apalagi posisi Angga yang berbeda kota dengan sang buah hati yang dititipkan ke orang tuanya di daerah. 

“Yang paling sulit adalah menyeimbangkan ekspektasi tersebut. Sementara kesempatan ketemu anak hanya weekend saja, itu pun jika tidak kena jaga. Padahal weekend bagi PPDS adalah waktu untuk kegiatan ekstrakurikuler,” kata Angga.

Baca juga  Kapan saya bisa menjadi spesialis? Dari kacamata seorang "muggle" di dunia kedokteran

Karena jadwal yang begitu padat, ia memutuskan untuk menurunkan ekspektasi terhadap pencapaian diri sendiri dan lebih berfokus untuk selalu bisa membersamai anak di akhir pekan.

“Saya jadi sering merelakan kegiatan PPDS di akhir pekan seperti seminar dan event-event, demi menjadi weekend-strict fulltime mother,” jelasnya.

Sebab kehadiran ibu bagi buah hati adalah sesuatu yang tidak tergantikan, meskipun hanya pada weekend saja. Hal ini dirasakan oleh Angga yang kadang melihat buah hatinya jatuh sakit atau jadi lebih cranky tiap kali ditinggal oleh ibunya.

Atau kadang kala ia mendapati sang buah hatinya bisa membaca perasaannya yang sedang stress karena urusan pendidikan. Sejak saat itulah Angga memutuskan untuk tidak terlalu ambil pusing dengan kegiatan dan stressor yang tidak penting dan meluangkan waktu sebaik mungkin untuk bisa membersamai anak.

Apa saja yang sudah dikorbankan selama pendidikan?

“Saya tidak pernah menganggap apa yang saya lakukan adalah sebuah pengorbanan, karena saya melakukan dengan ikhlas dan suka cita.” ujar Angga.

Menurutnya, pengorbanan terbesar justru terjadi pada support system-nya, yaitu ayah dan ibu, yang kehilangan banyak waktu untuk menggantikan perannya sebagai orang tua.

Pelajaran paling berharga menjadi PPDS Mom

Selama menjalani pendidikan sambil terpisah jarak dengan sang buah hati, Angga mendapatkan pelajaran yang berharga terutama dari sisi finansial.

“Bagi teman-teman yang bercita-cita anaknya kelak jadi dokter, perencanaan finansial itu penting banget. Karena besar kemungkinan kita akan menjadi support system bagi anak-anak bahkan cucu-cucu kita” jelas Angga yang merasakan sendiri peran besar orang tua dalam jejak pendidikannya.

Namun, untuk para sejawat yang akan menjalani kehidupannya sebagai PPDS Mom, ia memiliki pesan yang penting, “Buat para PPDS mom dengan segala situasinya, you are still the best mother for your child”.

Baca juga  Ibu yang sekolah lagi: Sebuah perjuangan wanita modern

Tetap semangat teman-teman sejawat perempuan, pejuang PPDS Mom!

Leave a Reply