#maujadi PPDS di Swedia! Gimana caranya ya?

Setelah sebelumnya kita mendengar cerita #maujadiPPDS di Jerman, sekarang kita akan mengupas #maujadi PPDS di Swedia, sebuah negara di Eropa dengan sistem kesehatan yang TOP di kelasnya.

Ada dr. Angela Sima Nariswari, M.Med.Sci, seorang dokter lulusan UNAIR dan University of Nottingham  yang kini menjalani pendidikan sebagai seorang residen psikiatri di kota Stockholm, Swedia. Seperti apa menjadi PPDS di Swedia?

Mengapa memilih PPDS di Swedia?

Swedia merupakan salah satu negara di Eropa yang memiliki sistem kesehatan yang baik. Namun, hal itu tidak menjadi alasan satu-satunya bagi dokter yang akrab dipanggil dr. Naris ini.

Dirinya secara tidak langsung memilih melanjutkan pendidikan spesialisasi di Swedia lantaran mengikuti suami yang sedang bersekolah dan membuatnya berpindah domisili ke negara tersebut.

Dari pengalamannya tinggal di Swedia itulah ia menemukan informasi bahwa dokter lulusan dari luar uni-Eropa ternyata dapat memiliki kesempatan untuk bekerja/menempuh pendidikan spesialis.

Apalagi dr. Naris memiliki ketertarikan terhadap dunia klinis, terutama di bidang psikiatri, setelah mendapat inspirasi dari sebuah buku berjudul “Behave” yang ditulis oleh seorang pakar Neurobiologi ternama dari Stanford University.

“Setelah membaca buku beliau, menonton kuliah-kuliah beliau, saya semakin tertarik pada keilmuan psikiatri. Setelah melalui proses kontemplasi, saya merasa bahwa psikiatri adalah jurusan yang paling “klik” dengan apa yang ingin saya lakukan sebagai dokter dalam jangka panjang” ujar dr. Naris.

Bagaimana proses pendaftaran PPDS di Swedia?

Untuk dokter asing, tahapan yang paling penting adalah melakukan proses penyetaraan dan mendapatkan lisensi dokter Swedia. “Bisa dikatakan satu-satunya syarat terpenting (untuk PPDS) adalah memiliki lisensi dokter Swedia, yang bisa diperoleh setelah melalui proses penyetaraan,” jelasnya.

Baca juga  #maujadi PPDS di Amerika: menjadi Psychiatrict di Negara Maju

Proses penyetaraan bagi dokter asing di Swedia terbagi dalam beberapa tahap. Mulai dari pengecekan ijazah dan transkrip kita ke badan negara yang bernama Socialstyrelsen untuk dikaji apakah sistem pendidikan dokter kita dianggap setara dengan sistem di Swedia.

Setelah dinyatakan setara, calon dokter harus menguasai kompetensi bahasa Swedia hingga level C1. Selanjutnya, calon dokter harus mengikuti tes teori dan juga tes OSCE, ditambah kursus dasar hukum Swedia, karena dokter di Swedia harus memahami dasar hukum kedokteran di Swedia.

Setelah menyelesaikan syarat tersebut, barulah dokter diijinkan untuk mengikuti internship selama 6 bulan. Di sini, dokter harus aktif mencari sendiri lowongan internshipnya. Selama internship, dokter juga akan menerima gaji layaknya dokter yang bekerja.

Uniknya, keseluruhan proses penyataraan ini benar-benar gratis, tidak dipungut biaya apapun, karena ditanggung oleh negara! Mulai dari ujian teori, OSCE, kursus dasar hukum, hingga kursus bahasa Swedia, semuanya gratis! Hanya dibagian akhir saja, dokter diharuskan membayar biaya setara 1.250.000 rupiah untuk penerbitan bukti proses penyetaraan.

“Keseluruhan proses (penyetaraan) ini bisa ditempuh dalam waktu yang beragam tergantung individu masing-masing. Waktu yang saya butuhkan total 2,5 tahun,“ jelas dr. Naris.

Sementara, untuk proses pendaftaran PPDS-nya sendiri cukup simpel, bak mencari lowongan kerja. Dokter asing dapat mencari lowongan PPDS pada website resmi di masing-masing wilayah di Swedia.

“Biasanya rumah sakit, klinik, atau institusi kesehatan lainnya akan mengumumkan ketersediaan lowongan di website tersebut karena sistem PPDS di sini hospital-based. Dan lowongan akan selalu ada sepanjang tahun,” dr. Naris menjelaskan.

Bagaimana proses pendidikan PPDS di Swedia?

Sama seperti kebanyakan negara dengan sistem hospital-based lainnya, semua PPDS dianggap sebagai karyawan yang mendapatkan gaji.

Baca juga  Mengapa memilih residensi di luar negeri?

“Kita langsung bekerja hands-on dengan pasien, diberi jam belajar mandiri dan rekomendasi literatur, kuliah besar seminggu sekali” dr. Naris menjelaskan.

Selain kuliah dan pelayanan, ada kursus wajib dan ada kursus elektif yang dapat diikuti untuk mendapatkan kompetensi tertentu yang cenderung sulit di dapat.

Untuk pendidikan PPDS psikiatri, residen akan ditempatkan di beberapa unit psikiatri, seperti unit psikosis, affektif, personality disorder, ketergantungan, psikiatri forensik, psikiatri untuk pasien geriatri dan neuropsikiatri (seperti ADHD dan autisme).

Selain bekerja di rumah sakit utama, akan ada penempatan di pelayanan primer dan instalasi rawat darurat juga untuk PPDS Psikiatri. Durasi studinya sendiri berjalan selama 5 tahun untuk psikiatri,”  dr. Naris menambahkan.

Selama durasi pendidikan, akan ada ujian yang berlangsung secara berkelanjutan di setiap tahapan pendidikan. Bentuk ujiannya adalah kombinasi dari berbagai metode assessment, misalkan mini-CEX, OSCE, presentasi kasus, memberikan kuliah, penelitian, dan sebagainya. Sementara, untuk prodi psikiatri saat ini tidak ada ujian akhir nasional.

Bagaimana lingkungan pendidikannya? Apakah ada bullying?

Di Swedia, bullying dalam bentuk apapun sangat ditentang. “Saat awal masa orientasi, residen sudah diberikan informasi bahwa pelaku bullying baik mental maupun fisik tidak memiliki hak untuk menjadi provider kesehatan” ujar dr. Naris.

Menurutnya, semua residen di Swedia sudah diberi informasi jelas mengenai kemana harus melaporkan tindakan bullying. Sehingga budaya bullying dapat dicegah.

Selain itu, hubungan antar residen, supervisor dan tenaga kesehatan lainnya dibangun berdasarkan prinsip bahwa semua orang setara. “Kita bisa melihat bahwa satu sama lain saling menghormati bukan karena senioritas, status profesi atau jabatan melainkan karena setiap individu memegang prinsip mutual respect yang sudah menjadi bagian dari cara hidup masyarakatnya” dr. Naris bercerita.

Baca juga  #maujadippds: Bedah Orthopaedi! Prodi bedah ter-favorit!

Berdasarkan pengalamannya, pasti ada saja oknum dengan sikap bully, namun individu seperti itu akan selalu ditindak tegas. “All in all, tidak ada systematic bullying yang dilanggengkan atau dibenarkan dengan alasan apapun” tambahnya.

Apakah setelah pendidikan, dokter Indonesia bisa bekerja di Swedia?

Tentu saja. Sebab sejak internship dan selama residensi, dokter PPDS sudah dihitung bekerja dan menerima gaji.

Besaran gaji yang diberikan sendiri dapat dinegosiasikan, namun prinsipnya disesuakan dengan pengalaman kerja sebelumnya dan jurusan yang diambil.

“Berdasarkan statistik, gaji PPDS berkisar antara IDR 60-75 juta per bulan sebelum pajak. Pajak per bulan dihitung berdasarkan beberapa faktor, rata-rata 20-25%.” ujar dr. Naris.

Gaji tersebut sudah cukup memenuhi standar hidup di Swedia, sehingga kesejahteraan dokter baik dalam masa pendidikan PPDS pun sudah terjamin.

Jika kita tidak ingin melanjutkan PPDS, masih ada opsi untuk tetap bekerja sebagai dokter umum di Swedia, selama kita memegang lisensi dokter di Swedia.

Apakah ada tips and trick khusus untuk dokter yang ingin bekerja di Swedia?

Menurut dr. Naris, yang terpenting adalah untuk kita memiliki ijin tinggal dulu, “(ijin tinggal) bisa sebagai pekerja, pelajar atau ijin legal lainnya” jelasnya. Sebab, pada dasarnya semua proses untuk mendapatkan lisensi dokter adalah gratis (kecuali biaya di tahap akhir).

Namun selama proses yang tidak sebentar itu tentunya dibutuhkan biaya hidup. Tentu kita bisa menggunakan biaya pribadi selama kita memiliki ijin tinggal yang legal.

Sementara untuk residensi, dr. Naris berpesan agar kita mengambil waktu dahulu untuk menemukan apa yang benar-benar ingin kita lakukan. “Kadang keinginan dan pilihan karir kita pun bisa berubah seiring waktu dan pengetahuan baru, and that is fine” pesan dr. Naris.

Nah, kalau kamu, siap mencoba peluang ke Swedia?

Leave a Reply