Master in Medical Education? Belajar apa itu? #maujadimaster #masterinUK

Pernah ngga sih liat denger tentang program Master of Medical Education. Penasaran ngga kalo medical education berarti belajar apa sih? Yuk sekarang kita tanya dr. Angela Sima Nariswari, M.MedSci, seorang master of science in medical education dari University of Nottingham, UK.

Kenapa memilih Master of Medical Education?

“Pada dasarnya saya memiliki ketertarikan di bidang pendidikan dan memiliki keinginan untuk tidak hanya menjadi klinisi namun juga terlibat dalam proses pendidikan para calon dokter,” begitu jelas dokter yang akrab disapa dr. Naris itu.

Dokter yang sebelumnya sempat berpraktek sekaligus bekerja sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya ini mengaku bahwa gelar magister atau spesialis dibutuhkan untuk menjadi dosen pengajar.

“Fakultas tempat saya bekerja bisa dibilang masih cukup baru berdiri, demand untuk peningkatan jumlah dosen pun tinggi sehingga perekrutan di level dokter-dokter umum juga tinggi. Asal bersedia menempuh studi magister dalam negeri atau spesialis maka dosen akan didukung secara finansial,” tambah dr. Naris.

“Terlebih lagi, kebutuhan akan tenaga pengajar dengan keahlian Medical Education (MedEd) sangat dibutuhkan oleh fakultas kedokteran salah satunya untuk pengembangan kurikulum yang up-to-date, untuk memastikan agar seluruh proses pendidikan bisa terjaga kualitasnya”.

“Keputusan memilih jenjang studi magister bagi saya adalah kombinasi dari kebutuhan fakultas tempat saya bekerja, adanya peluang pengembangan karir sebagai akademisi dan support finansial dari beasiswa LPDP”

Dokter yang awalnya ingin melanjutkan untuk studi spesialis ini akhirnya memilih untuk mengambil pendidikan master in MedEd.

Baca juga  Aturan Baru dari Beasiswa LPDP 2022! Simak di sini!

“Universitas yang menawarkan prodi MedEd pada saat itu hanya ada di beberapa negara saja seperti Belanda, Australia, dan Inggris. Kebetulan saya mendapatkan informasi juga tentang beasiswa LPDP yang dapat memberi support finansial untuk studi magister di LN, sehingga saya semakin mantap untuk mendaftar MedEd di Inggris, tepatnya di University of Nottingham” ujar dr. Naris yang mantab mengambil master di University of Nottingham yang menempati ranking kedua terbaik se-Inggris untuk prodi MedEd, dan memiliki durasi yang relatif lebih pendek ketimbang di negara lain seperti Belanda.

Bagaimana proses studinya?

Hampir sama dengan program master di UK pada umumnya, program MedEd di University of Nottingham yang masuk ke dalam taught programme ini berlangsung selama 1 tahun dengan 9 bulan kuliah dan 3 bulan penelitian. Perkuliahannya seputar teaching and learning, assesment and feedback, desain kurikulum, dan tentunya metode penelitian di bidang medical education (info lengkap ada disini).

“Saat ini banyak sekali perkembangan strategi belajar-mengajar yang dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum kedokteran, yang fungsinya menjaga atau meningkatkan kualitas studi maupun kualitas output/lulusan. Ini yang dipelajari di prodi MedEd” jelas dr. Naris.

Untuk proses risetnya sendiri sudah bisa dimulai sejak 6 bulan sebelum kelulusan. Tema penelitian akan ditentukan bersama dengan pembimbing, seorang profesor, dan satu orang dari program PhD, “kebetulan saya ambil riset yang satu tema dengan anak PhD, jadi bagian dari riset beliau” aku dr. Naris. Untuk mekanisme penelitiannya sendiri dilakukan dengan kuesioner.

Apa gunanya mengambil MedEd?

Banyaknya penelitian seputar proses seleksi mahasiswa, strategi mengajar, strategi belajar, hingga metode evaluasi/assessment yang dilakukan oleh para peneliti di bidang MedEd membuat sistem pendidikan kedokteran berkembang pesat.

Baca juga  Habis internship langsung ambil PhD: Harus bayar sendiri? Bisa!

“Apabila suatu FK kukuh berpegang pada sistem pembelajaran yang ketinggalan jaman, tidak mau mengintegrasikan perkembangan yang didapat dari penelitian terkini dan perkembangan teknologi, maka dikhawatirkan tidak akan bisa keep-up dengan demand atau kualitas yang diharapkan ada pada lulusan dokter di masa mendatang,” dr. Naris menjelaskan, “Strategi pembelajaran yang tertuang pada kurikulum suatu FK harus disesuaikan dengan sumberdaya yang dimiliki fakultas.

Misalnya, rasio jumlah dosen dibanding mahasiswa, ketersediaan laboratorium, ruang kuliah, adanya kerjasama dengan RS. Ini perlu dipikirkan dalam menyusun suatu blueprint kurikulum”. 

Bagi dr. Naris, pembelajaran dalam prodi MedEd memungkinkan kita salah satunya untuk menjadi desainer kurikulum yang mana desain kurikulum bisa berbeda-beda untuk tiap FK, menyesuaikan sumberdaya yang dimiliki.

Setelah menempuh studi MedEd ini harapannya peserta didik dapat menjawab pertanyaan seputar perlunya student-centered learning atau small-group discussion untuk masalah yang berhubungan dengan etika dan profesionalisme, perlunya simulasi keterampilan medis pada manekin  atau pasien coba selama masa studi, bagaimana mengukur hasil belajar, dan seputar OSCE. “Menurut saya, prodi MedEd mempelajari The science of learning” imbuh dr. Naris.

Bagaimana dengan prospek kerja?

“Lulusan MedEd tentu bisa bekerja di bidang yang melibatkan pendidikan health professional seperti dokter, dokter gigi, perawat, fisioterapis, misalnya di Fakultas Kedokteran, di lingkungan RS pendidikan, dan sebagainya” kata dr. Naris.

Bahkan beberapa kolega studi MedEd adalah dokter yang bertanggungjawab dalam proses studi dokter muda di RS, dan ada pula yang bekerja sebagai penanggungjawab pendidikan calon dokter spesialis.

Bagaimana supaya bisa mendaftar di program MedEd?

Sama sekali tidak sulit. Karena pendaftaran dapat dilakukan melalui website universitas secara langsung. Segala macam informasi seperti deskripsi prodi, pengalaman studi yang akan didapatkan, penilaian, petunjuk pendaftaran, persyaratan, siapa saja tenaga pengajarnya, hingga prospek kerja dipaparkan disana.

Baca juga  Bedanya S1/ S2/ S3: buat kamu para dokter baru!

Yang lebih penting lagi, menurut dr. Naris, adalah membuat keputusan untuk melanjutkan studi. “Pertimbangan studi lanjut seringkali adalah keputusan yang sulit, sehingga memang perlu kita timbang semua aspek mulai dari aspek karir apa yang kita inginkan, kemampuan finansial, hingga prospek kerja.

Jadi, ada baiknya berkonsultasi dengan kolega, teman, atau keluarga yang bisa memberikan masukan relevan. Setelah itu, baru mempersiapkan persyaratan-persyaratan studi sedini mungkin” begitu penjelasan dr. Naris.

Kalau kamu, tertarik bidang edukasi?

Leave a Reply