Beberapa Kesalahan Umum saat Daftar PPDS

Gelombang pendaftaran PPDS semester genap sudah mulai bermunculan. Tapi sebelum mendaftar, ketahui dulu apa saja kesalahan umum saat daftar PPDS, dan hindari mengulang kesalahan yang sama.

Memangnya, apa saja kesalahan yang umum dilakukan?

1. Syarat administrasi tidak dilengkapi

Padahal kalau syaratnya kurang, kan ngga bisa lolos ke tahap berikutnya.

Salah satu hal yang penting dalam syarat administrasi adalah memastikan bahwa skor yang diminta sudah memenuhi requirement. Misalnya, TOEFL diminta skor minimal 500, IPK minimal 3, kalau kita mensubmit dokumen dengan nilai dibawah requirement, tentu saja tidak akan dilirik.

Kalau perlu, dapatkan skor setinggi-tingginya untuk setiap poin persyaratan yang memiliki cut off score. Misalnya TOEFL minimal 500, usahakan dapat 600 minimal!

Ada juga persyaratan yang sifatnya “jika ada”. Untuk persyaratan yang seperti ini, sebaiknya tetap dilengkapi. Misalnya, di suatu center tidak mengharuskan adanya surat perjanjian tempat kembali atau rekomendasi dari spesialis bidang tersebut. Tapi, dengan menambahkan surat perjanjian tempat kembali atau rekomendasi tersebut, bisa jadi kita memiliki poin yang lebih kuat ketimbang pendaftar lainnya.

Sama halnya dengan publikasi. Tidak wajib, tapi jika kita sertakan dalam syarat administrasi, bisa jadi dokumen kita semakin dilirik. Karena publikasi atau keterlibatan acara ilmiah (misal menjadi presenter) akan menunjukkan bahwa kita benar-benar berminat di bidang tersebut.

Percaya ngga percaya, masih ada yang ngga lulus seleksi administrasi karena syarat administratif tidak terpenuhi lho.

Baca juga  Pendaftaran PPDS Universitas Brawijaya Semester Januari 2023 dibuka sekarang!

2. Tidak mencari tahu tentang center/prodi yang diincar

Satu center dengan center lain tentu berbeda “persyaratan” dan “penilaian”nya. Apalagi kalau ngomongin ujiannya, jelas beda nanti sumber belajarnya dan strategi lulus-nya. Karena selalu ada poin nilai plus tertentu yang hanya diketahui oleh orang-orang di dalam center tersebut.

Siapa sumber informasi paling reliable? Tentu saja orang-orang yang sudah pernah melewati fase itu, alias para senior di center/prodi tersebut. Kalau ada teman, senior, keluarga, kolega, cobalah untuk mencari tahu informasi dari mereka.

Memang sulit-sulit gampang untuk mendapatkan informasi dari “orang dalam”, apalagi kalau kita tidak punya teman/kenalan. Untuk membantu teman-teman, jangan lupa cek kategori #maujadiPPDS di dalam website kami untuk menemukan berbagai info dari berbagai prodi dan center yang kami kumpulkan.

3. Tidak ada pengalaman bekerja

Walaupun di sebagian prodi/center pengalaman bekerja bisa jadi bukan syarat wajib, tapi coba bayangkan kita menjadi seorang konsulen spesialis dan ingin menerima murid, tapi murid yang datang tidak punya pengalaman atau pengalaman menarik apapun dari bidang tersebut lantaran belum pernah bekerja sendiri. Apakah lebih menarik ketimbang yang punya pengalaman?

Selain itu, pengalaman bekerja, terutama di daerah, di rumah sakit dengan kasus rawat inap dan kegawat daruratan pun, juga menjadi suatu penilaian tersendiri di center-center atau prodi tertentu. Tiap jenis rumah sakit memiliki bobot penilaian yang berbeda.

Sama halnya dengan bekerja di klinik. Meskipun sama-sama terhitung pengalaman kerja, beberapa center/prodi akan memberi poin lebih untuk yang bekerja di RS dengan IGD ketimbang klinik/puskesmas, apalagi di RS daerah terpencil bahkan sangat terpencil!

Lagi pula, pengalaman bekerja bisa membantu kita untuk yakin dengan minat spesialisasi kita sekaligus membantu kita mendapatkan kenalan bahkan mentor untuk membantu. Jadi, cobalah untuk ngga men-skip bagian ini.

Baca juga  Apa yang dinilai oleh konsulen dari seorang calon PPDS?

4. Tidak siap biaya

Semua sudah tahu kalau sekolah PPDS itu mahal. Jadi, ya memang harus siap dengan biaya dan sumber pembiayaannya tentu saja.

Selain masalah ini selalu ditanyakan di dalam ujian, terutama ujian wawancara, kesiapan biaya ini juga penting untuk keberlangsungan hidup si PPDS. Dan ini bisa berpengaruh ke perjalanan pendidikan. Makanya, HARUS SIAP.

Sumber dana bisa dari orangtua, keluarga, mertua, dari instansi tempat bekerja, atau kita bisa memenangkan beasiswa PPDS misalnya dari Kemenkes, atau beasiswa lainnya.

5. Tidak belajar

Ngga cuma belajar materi prodi masing-masing, tapi juga belajar bahasa inggris, belajar untuk tes TPA maupun untuk psikotes. Karena gagal tes psikotes/TPA juga bisa menjadi penyebab kegagalan lho.

Untuk center/prodi tertentu yang punya ujian journal reading, jangan lupa belajar juga.

Dan ngga ketinggalan, adalah belajar untuk ujian wawancara dengan baik. Pasti ada pertanyaan wajib dan tips and trick cara menjawabnya.

Ada beberapa tips belajar untuk mempersiapkan ujian PPDS yang tim kami himpun sebagai berikut:

Jangan belajar mepet-mepet

Paling ngga, siapkan waktu 3-6 bulan sebelum pendaftaran. Apakah belajar 1-2 bulan saja tidak cukup? Bisa jadi cukup, tergantung kesiapan belajar kita. Yang jelas, jangan belajar dadakan. Bakal sulit.

Cari info pertanyaan ujian

Nah ini pentingnya untuk mencari info sebelum daftar. Karena sambil cari info, kita bisa cari bocoran soal-soal ujian yang biasanya keluar, sampe ke pertanyaan ujian wawancara. Jadi, carilah kenalan/teman yang mau membantu di bagian ini. Paling sip, kalau dapat info dari teman yang masuk pada semester sebelumnya.

Buat grup belajar bersama

Kalau tiap teman berhasil mendapatkan satu bank soal, dengan belajar bersama, kita bisa mendapatkan lebih banyak bank soal, jadi lebih banyak pertanyaan ujian yang ter-cover. Dengan belajar bersama, kita juga bisa mendapatkan dukungan dari sesama pejuang PPDS, bisa jadi lebih termotivasi.

Baca juga  Selamat Datang di Maujadiapanih: The Blog!

Nah, kalau menurut temen-temen, apalagi kesalahan umum saat daftar PPDS? Yuk sharing di kolom komentar!

2 thoughts on “Beberapa Kesalahan Umum saat Daftar PPDS

Leave a Reply