Sistem pendidikan kedokteran klinis di Malaysia: Serupa tapi tak sama

Kita semua mengenal sistem kedokteran di Indonesia, dimana seorang dokter umum bisa bekerja sebagai dokter umum, atau melanjutkan pendidikan ke jenjang spesialis dan kemudian bekerja sebagai spesialis.

Namun, ternyata di negara-negara lain sistemnya berbeda, terutama mulai dari jenjang spesialisasi dengan konsep hospital-based residency. Ada salah satu negara, selain Indonesia, yang juga menggunakan sistem university-based, yaitu negara tetangga Malaysia.

Kalau dibandingkan dengan negara tetangga, Malaysia, apakah sistem kedokteran klinisnya berbeda? Karena ternyata, kesejahteraan dokter, jenjang karir, hingga pemerataan spesialis di Malaysia lebih terjamin lho! Seperti apa?

Yuk kita cari tahu.

Tahapan Pendidikan Kedokteran di Malaysia

Foundation

Di Malaysia, setelah menyelesaikan tahap sekolah menengah (high school), seorang pelajar harus mengikuti sebuah program bernama Foundation Program selama satu tahun di universitas tempat mereka akan mengenyam pendidikan kedokteran.

Setelah itu, barulah pelajar bisa masuk ke fakultas kedokteran secara umum.

Undergraduate

Di jenjang ini, bisa dibilang sistem pendidikannya tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Durasi pendidikannya adalah 5 tahun, yang terbagi atas 3 tahun basic medical science dan 2 tahun clerkship. Bedanya, pada tingkat clerkship ini mahasiswa tidak terlalu banyak terlibat dalam pelayanan pasien & tindakan, tidak seperti koas di Indonesia yang bisa belajar memberi pelayanan pada pasien.

Saat ini, ada 33 fakultas kedokteran baik negeri dan swasta di Malaysia yang aktif memproduksi dokter baru. Meskipun jumlah FK tersebut jauh lebih rendah dibanding di Indonesia, Malaysia juga rutin mengirimkan mahasiswanya ke luar negeri untuk menempuh pendidikan kedokteran, seperti ke Mesir, Ukraina, Rusia, UK, India, Indonesia, Polandia, Cheque Republic, Bangladesh, dan Taiwan, sehingga rasio dokter di Malaysia sudah mencapai 2.2 per 1000 penduduk, melebihi standar minimum yang ditentukan WHO yaitu 1 per 1000 penduduk.[1]

Baca juga  Biaya Pendaftaran PPDS: Yuk lihat perbandingannya

Untuk dapat mengenyam pendidikan kedokteran, pemerintah Malaysia menyediakan banyak beasiswa antara lain Majelis Amanah Rakyat (MARA) dan zakat. Selain beasiswa, ada juga skema pinjaman atau loan antara lain Perbadanan Tabung Pendidikan Tinggi Nasional (PTPTN), Jabatan Perkhidmatan Awam (JPA).

Skema pinjaman ini juga mendapatkan subsidi dari pemerintah sebesar 10 – 20% bergantung pendapatan keluarga. Pembayaran pinjaman ini nantinya akan otomatis dipotong dari gaji setelah mahasiswa tersebut lulus dari fakultas kedokteran.

Skema beasiswa & pinjaman dapat digunakan untuk pendidikan baik di dalam dan di luar negeri mengikuti ketentuan yang berlaku. Sehingga tidak ada kekhawatiran bagi masyarakat yang ingin mengenyam pendidikan kedokteran.

Housemanship (HO)

Setelah menyelesaikan pendidikan di fakultas kedokteran, seorang dokter fresh graduate di Malaysia wajib mengikuti program Housemanship (HO). Program ini kurang lebih seperti program internsip dokter di Indonesia.

Intake program HO ini diadakan setiap 2-3 bulan sekali. Setiap kandidat dapat memilih rumah sakit yang diinginkan untuk menjalani housemanship, mirip dengan sistem pemilihan wahana intensip di Indonesia. Nantinya dokter HO akan menerima surat ijin praktik sementara sesuai lokasi HO.

Durasi  housemanship sendiri adalah 2 tahun jika lancar (tidak ada mengulang rotasi). Sebab selama HO, dokter akan menjalani rotasi di 5 departemen wajib yaitu penyakit dalam, bedah, orthopedi, obgyn, dan anak, serta 1 departemen elektif yang dapat dipilih sesuai minat masing-masing, antara lain emergensi, anestesi, psikiatri, family medicine, dimana durasi di tiap departemen adalah 4 bulan.

Tugas dokter HO sendiri meliputi pelayanan, ada on call (jaga), hands-on pasien, dan boleh melakukan tindakan dibawah supervisi. Di tiap akhir masa rotasi, dokter HO akan menjalani assessment.

Selama menjalani HO, dokter berstatus sebagai pegawai kontrak di bawah kementerian kesehatan Malaysia (KKM) dan mendapat gaji MYR 4000–5000 per bulan (sekitar IDR 14–17,6 juta/bulan). Gaji ini sekitar 3 kali lipat UMR di Malaysia yaitu MYR 1500 (IDR 5,3 juta).

Baca juga  #maujadiawardeeLPDP spesialis: dari LPDP ke PPDS impian

Hanya saja, jam kerja HO dikenal cukup berat, yaitu sekitar 60–65 jam per minggu. Setelah HO, apakah sudah bisa melanjutkan ke jenjang spesialis? Belum, ada jenjang Medical Officer (MO) terlebih dahulu dengan sistem paygrade yang berbeda.

Medical Officer (MO)

Leave a Reply