#maujadi PPDS di Amerika: menjadi Psychiatrict di Negara Maju
Masih bingung habis internship #maujadiapanih? Pingin jadi PPDS tapi khawatir dengan penempatan di daerah, atau khawatir ngga diterima karena bukan darah biru? Bagaimana dengan melanjutkan PPDS, TAPI, di luar negeri, seperti Amerika?
Siapa bilang dokter Indonesia ngga bisa melanjutkan PPDS di Amerika? Kali ini, ada dr. Sarah Pospos, dokter lulusan dari FK Atma Jaya yang telah sukses menjadi psychiatrist di Negeri Paman Sam ini akan berbagi pengalaman menjalani PPDS di Amerika. Uniknya, beliau mengambil prodi Psikiatri yang belum banyak dijajaki oleh dokter Indonesia di Amerika.
Seperti apa kisahnya? Simak yuk!
Daftar isi
Mengapa memilih PPDS di Amerika?
Keputusannya untuk hijrah ke Amerika diawali dengan keinginannya untuk mengambil jenjang Master of Science in Applied Psychology di University of Southern Callifornia karena kecintaannya terhadap ilmu psikiatri/psikologi.
Namun, panggilan jiwanya sebagai seorang dokter mendorong dr. Sarah untuk kemudian meneruskan mengambil PPDS di Amerika. “Kangen liat pasien,” ucapnya.
Apalagi, Negeri Paman Sam ini terkenal sebagai salah satu negara dengan perkembangan yang pesat di bidang psikiatri, bidang yang digeluti dr. Sarah.
Selain itu, tidak perlu mempelajari bahasa pengantar baru merupakan salah satu pertimbangan dr. Sarah yang memperkuat keputusannya melanjutkan jenjang PPDS di Amerika sembari mewujudkan mimpinya.
Apa saja keuntungan mengambil program PPDS di Amerika?
Di Amerika, program PPDS merupakan hospital-based, peserta PPDS tidak hanya menerima gaji selama masa studi, tetapi mereka juga memiliki batasan jam kerja dan work hour limits, serta batasan tanggung jawab yang jelas.
“Sebagai psychiatrist, saya tidak melakukan pekerjaan team member lain, seperti perawat, social worker, therapist, etc”, imbuhnya. Selain itu, dr. Sarah juga menyebutkan bahwa attending doctor (konsulen) selalu terbuka dengan adanya diskusi terkait manajemen pasien.
Di Amerika sendiri, psychiatry merupakan salah satu bidang dengan demand tinggi, hal ini berbanding dengan kesempatan bekerja setelah lulus PPDS. “(dokter psikiatri dapat bekerja dalam setting) inpatient, private practice, community mental health, consultation-liaison, emergency psychiatry, psychiatrist yang bekerja di penjara, telehealth, dan lain-lain” jelas dr. Sarah.
Setelah menyelesaikan pendidikan PPDS-nya, kini dr. Sarah membuka sebuah private practice di California bertajuk “Lifestyle Telepsychiatry” dengan sistem telehealth.
Bagaimana cara mendaftar PPDS di Amerika?
Aplikasi biasanya akan dibuka setiap bulan September. Terdapat beberapa ujian dan dokumen yang harus dilengkapi.
Menurut pengalaman dr. Sarah sendiri di tahun 2017 , ada beberapa hal yang harus dipersiapkan, seperti:
- 4 ujian USMLE (US Medical Licensing Exam); step 1, step 2 Clinical Knowledge, step 2 Clinical Skills, dan step 3. Untuk Step 3 bisa dilakukan sebelum atau saat masa residency.
- CV; mencakup USCE (US clinical experience) and idealnya ada pengalaman research juga
- Personal statement
- 3 buah surat rekomendasi, yang idealnya berasal dari Amerika.
Jika ada program PPDS tertentu yang tertarik dengan aplikasi yang kita kirimkan, selanjutnya kita akan menerima panggilan interview pada bulan September – Februari. Untuk psikiatri, setidaknya ada 10-15 orang yang akan mendapatkan panggilan interview pada setiap slot.
Apabila kita lolos dalam seleksi ini, maka kita akan mendapatkan pengumuman posisi dan tempat melakukan pendidikan PPDS pada Match Day di bulan Maret atau yang biasa disebut matching (matched to a program).
“Matching ini benar-benar di luar kuasa kita, hampir seperti lotre,” ungkap dr. Sarah. Bagi dokter yang matched, maka artinya aplikan tersebut mendapat slot PPDS pada siklus tahun itu. Sedangkan bagi dokter yang belum matched, bisa mencoba lagi pada tahun berikutnya.
Apakah mengambil pendidikan S2/S3 di Amerika akan lebih memudahkan saat pendaftaran PPDS?
Menurut dr. Sarah, program PPDS lebih mempertimbangkan fresh graduate, sehingga semakin lama jarak lulus dokter dengan waktu apply akan memperkecil peluangnya.
Namun, mengambil Master atau Doctoral di Amerika dapat memperluas networking, sehingga kita bisa memaksimalkan peluang dengan cara networking dengan staf di dalam departemen tempat kita belajar tersebut.
Sebagai lulusan non-US, menurut dr. Sarah, sangat sulit untuk bisa mendapat spot PPDS. Misalnya untuk bidang psikiatri pada tahun 2022, hanya 128 (sekitar 6%) lulusan non-US yang mendapat spot dari total 2047 posisi yang ada.
Seperti apa sih menjalani program PPDS di Amerika?
Secara garis besar, PPDS Psikiatri di Amerika memiliki dua tugas utama, yaitu:
- Tugas klinis; berupa tanggung jawab managemen pasien, namun tetap perlu diskusi dengan attending doctor. Terdapat pula rotasi di RS utama dan jejaring di berbagai setting, seperti inpatient, speciality clinics, etc.
- Tugas research/akademik; terdapat half-day dalam tiap minggu yang digunakan untuk lecture/kuliah. Tugas ini juga mencakup requirements untuk presentasi jurnal, morbidity and mortality report, grand rounds, research dan quality improvement projects. Menjadi mentor mahasiswa kedokteran yang sedang rotasi di siklus psikiatri juga merupakan salah satu tanggung jawab residen.
Menurut dr. Sarah, tidak ada senioritas di dalam pendidikan sama sekali. Semua senior tahun terakhir akan diminta untuk men-supervisi junior dan satu atau beberapa residen akan dipilih sebagai chief resident.
Bagaimana dengan jaga malam di RS?
Di Amerika, terdapat batasan kerja 80 jam per minggu. Jadwal jaga malam akan menyesuaikan dengan batasan kerja PPDS di minggu tersebut.
Di RS sendiri, terdapat 1 ruang semacam kamar jaga, dengan tempat tidur, komputer, dan telepon. Perawat akan mengirimkan pesan lewat pager jika ada pertanyaan terkait pasien lama atau jika ada pasien baru.
PPDS dapat memberikan jawaban pager tersebut melalui komputer di kamar jaga (dengan cara memasukkan order di sistem Electronic Medical Record) atau jika diperlukan dapat melakukan pemeriksaan terhadap pasien langsung.
Setelah selesai PPDS, apakah ada ujian yang harus dilalui untuk bekerja di sana?
“Ada, untuk psikiatri ada National Board Certification Exam dari ABPN (American Board of Psychiatry and Neurology)” jelas dr. Sarah.
Menurutnya, sebelum mengambil ujian ini, seorang dokter tetap bisa berpraktik, namun title-nya berbeda, board-certified untuk dokter yang sudah lulus atau board-eligible untuk yang belum lulus. Bedanya, dokter yang sudah board-certified biasanya memiliki gaji lebih tinggi. “Dan ini pasien bisa melihat apakah dokternya board certified, karena datanya bisa diakses public,” dr. Sarah menjelaskan.
Adakah tips untuk teman-temen yang ingin mengikuti jejak dr. Sarah?
Dr. Sarah mengaku bahwa dirinya dulu juga overwhelmed karena persyaratan dan berbagai hal yang harus dipelajari untuk berpraktik sebagai dokter di Amerika. “Pertama, tarik nafas dulu dan duduk dengan tenang”, ucapnya.
Selanjutnya, dokter yang telah sukses menjadi psychiatrist di Amerika ini punya beberapa tips yang bisa membantu teman-teman yang ingin melanjutkan PPDS di Amerika:
- Pertama, define your OWN why! “Temukan dulu alasan “kenapa” kamu ingin menjadi PPDS di Amerika” ujar dr. Sarah. Sebab tanpa alasan yang kuat, perjuangan yang berat bisa bikin kita menyerah.
- Planning; tentukan END GOAL dan work your way backwards. Break down each project into smaller tasks dan tentukan timeline untuk masing-masing task.
- Just do it! Visually track your progress dan kalau sedang tidak semangat, ingatkan diri pada poin nomor 1, your own why!
- Imagine 5 years from now, kamu sukses! Betapa bangga dan leganya setelah bisa melewati garis finish. You can do it!
Jadi, ada diantara teman-teman yang ingin hijrah ke Amerika?