#maujadippds: Ilmu Kesehatan Jiwa! It’s okay to not be okay
Kalo kamu masih berpikir psikiatri hanya ngurusin orang gangguan jiwa berat, it’s so last year! Sekarang sudah banyak orang aware tentang kesehatan mental, yang artinya, makin aware sama peran para psikiater. Nah kamu? Udah tahu belum seputar ilmu kedokteran jiwa (IKJ)? Kalo belum, yuk mari kita bahas!
-
Saat ini, tercatat ada 9 center IKJ se-Indonesia! Ada di USU, UNHAS, UI, UNPAD, UNDIP, UGM, UNS, UNAIR dan UNUD.
-
Lama Studi 8 semester. Selain UNHAS, UNS, dan UNUD yang informasinya belum kami dapatkan, center lainnya melaporkan durasi studi yang sama, 8 semester.
-
Biaya Studi: SPP per semester 6-15,5 juta dengan sumbangan tertinggi 52 juta, SPP termurah ada di UNS (9) sekaligus dengan sumbangan tertinggi (52). Termurah kedua ada di UGM (9), sementara tertinggi di UNPAD (15,5). Sumbangan terrendah ada di UNPAD, UNDIP UNAIR (15), sementara USU menggunakan sistem DKA dan UGM dengan sistem UKT. UNHAS kami belum mendapat informasinya.
Kenapa prodi IKJ?
“Saya memilih psikiatri karena sejak awal tertarik pada human mind dan bagaimana relasinya dengan tubuh” ujar dr. Darien A. Cipta, MScFM, PPDS UI. Aspek psikososial dari pasien memang sudah menjadi hal yang senang dicermati oleh dr. Darien, dimana beliau percaya bahwa banyak sekali hal dari aspek psikososial yang sebenarnya bisa dikelola di layanan primer, termasuk oleh dokter umum. “Selain itu, psikiatri sekarang tidak lagi hanya berkaitan dengan masalah gangguan jiwa berat, tetapi juga banyak terkait dengan masalah gangguan jiwa yang lazim dijumpai dan juga ada aspek dari positive psychiatry, misalnya resiliensi dan optimisme” jelas dr. Darien. Bagi dr. Darien, mempelajari ilmu kedokteran jiwa dapat membantu memperbaiki dan mengembangkan diri juga.
Di sisi lain, dr. Sheila Gautama, PPDS UNAIR bercerita bahwa keinginan untuk membantu pasien dalam hal kesehatan jiwa menjadi salah satu motivasinya melanjutkan ke prodi IKJ, “Karena kesehatan jiwa juga penting, berjalan beriringan dengan kesehatan fisik. Manusia belum mencapai kualitas hidup yang terbaik bila ia tidak sehat jiwa dan raga”. Selain itu, menurut dr. Sheila, ilmu kedokteran jiwa sangat luas dan menarik karena kita dapat mempelajari manusia secara holistik dari bio-psiko-sosio-kultural-spiritual.
Prospek?
Menurut dr. Darien, seorang psikiater ternyata dapat bekerja pada beragam setting. Selain sebagai klinisi, bisa sebagai akademisi, manajerial, dan juga di bidang kesehatan masyarakat misalnya di Kemenkes atau WHO. Di bidang klinis, psikiater juga berpraktik di Rumah Sakit Jiwa (RSJ), RS umum atau atau praktik pribadi. Terlebih lagi, saat ini pemerintah juga memiliki banyak program untuk meningkatkan kesehatan jiwa di masyarakat, sehingga peran psikiater akan banyak diperlukan di komunitas, “masing-masing bidang akan memberikan perbedaan dan membutuhkan keterampilan yang unik” jelas dr. Darien. Selain itu, dr. Sheila menjelaskan, jabatan fungsional di Dinas Kesehatan atau Kementerian Kesehatan juga bisa ditempati, apalagi ada direktorat yang menangani kesehatan jiwa. Sementara di ranah pendidikan, seorang spesialis kedokteran jiwa terbuka kesempatannya untuk melanjutkan ke sub-spesialis karena jumlah sub-spesialis psikiatri masih sedikit di Indonesia atau bekerja menjadi tenaga pengajar di fakultas kedokteran tentunya.
Hingga saat ini, jumlah psikiater di Indonesia yang masih tergolong sedikit, sementara jumlah penderita gangguan jiwa semakin banyak, sehingga dr. Sheila percaya bahwa kedepannya prospek kerjanya akan luas. Apalagi tingkat kesadaran masyarakat mengenai kesehatan jiwa mulai meningkat, “namun, di sisi lain masih banyak stigma yang ada di masyarakat. Sehingga, peran psikiater masih sangat diperlukan di Indonesia,” ujar dr. Sheila. Apalagi, dr. Darien menambahkan, psikiater juga dapat terlibat aktif dalam melakukan edukasi tentang kesehatan jiwa dan gangguan jiwa kepada masyarakat, misalnya melalui seminar-seminar dan juga media sosial.
Saat ini, PPDS Psikiatri juga memiliki wadah nasional bertajuk IPTA (Indonesian Psychiatric Training Association) yaitu suatu kelompok kolaborasi PPDS Psikiatri multi-senter yang baru dirintis pada tahun 2020 ini. Harapannya, IPTA dapat menjadi penghubung antar PPDS sekaligus membantu mengembangkan aspek-aspek yang belum dicakup dalam kurikulum, misalnya kepemimpinan. IPTA juga memiliki hubungan erat dengan European Federation of Psychiatric Trainees (EFPT), serta World Network of Psychiatric Trainee (WNPT) yang dapat membantu calon psikiater untuk saling belajar dari PPDS baik dari dalam dan luar negeri. “Untuk saat ini, sudah cukup rutin diadakan webinar ilmiah dan juga ke depannya mungkin akan dibuat projek penelitian multi-senter” jelas dr. Darien.
Tapi….
Untuk yang akan memilih PPDS Psikiatri, dr. Sheila berpesan untuk memilih prodi PPDS memang karena minat dalam bidang tersebut dan menyukai bidang tersebut, “Supaya kita bisa menjalani masa pendidikan dengan penuh semangat dan pantang menyerah”. Sebelum bergabung, dr. Sheila juga menyarankan untuk mencari tahu center mana yang sesuai dengan kondisi kita dan yang memiliki peluang untuk kita, karena center prodi psikiatri di Indonesia terbilang cukup banyak. Terakhir, “Jangan lupa usahakan untuk selalu menjaga kesehatan jiwa kita juga ya” dr. Sheila berpesan.
Sementara, dr. Darien memiliki pesan tersendiri, “Pendidikan menjadi seorang psikiater melibatkan pengolahan kepribadian, selain pengembangan aspek kognitif dan keterampilan”. Untuk menyiapkan diri, yang utama adalah menjadi diri sendiri dan memiliki sikap terbuka dan fleksibel untuk mempelajari hal baru. Selain itu juga ditunjang dengan minat penelitian, membaca perkembangan ilmu dari literatur terkini, dan pelayanan masyarakat.
Tertarik jadi the next psychiatrist??