#maujadi PPDS di Malaysia: Sistem Pendidikan yang Mirip di Indonesia

PPDS di Malaysia

Ingin peluang yang lebih luas untuk mengenyam pendidikan spesialis? Gimana kalau memperluas scope sampai ke negara tetangga, Malaysia. Memang seperti apa sih PPDS di Malaysia?

Mari kita dengar penjelasan dari dr. Aji Caesar Wicaksono, seorang dokter lulusan FK UNAIR, yang kini melanjutkan pendidikan spesialis Emergency Medicine di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM).

Mengapa memilih PPDS di Malaysia?

Ada beberapa hal yang menjadi alasan dr. Aji memantabkan diri untuk melanjutkan studi di Malaysia. Pertama, karena sistem pendidikan yang masih university-based seperti di Indonesia. 

“Kalau kita daftar di negara yang hospital-based seperti Thailand, Singapore, Filipina, kita harus kerja dulu di sana, baru nanti apply di rumah sakit untuk PPDS. Kelebihannya adalah digaji, tapi minusnya adalah effort diawal lebih besar dan lebih ribet” jelasnya. 

Alasan kedua, kedokteran emergensi yang menjadi prodi incaran dr. Aji sudah lebih dulu established di Malaysia, bahkan sejak 20 tahun yang lalu.

Selain kedua alasan tersebut, lokasi Malaysia yang lebih dekat dengan biaya transportasi antara Indonesia-Malaysia yang terjangkau, bahasa pengantar dengan bahasa Melayu dan bahasa Inggris yang sudah dimengerti, serta biaya hidup yang mirip di Jakarta, kemudahan menemukan makanan halal pun membuatnya mantab untuk melanjutkan studi di Malaysia.

Dari segi pendidikan, selain banyaknya dosen kedokteran Malaysia yang merupakan lulusan mancanegara, rangking UKM berdasarkan QS World Ranking yang berada diatas universitas top di Indonesia menjadi salah satu kelebihan dari pendidikan di Malaysia. “Jadi kita bisa belajar dari dosen yang pandangannya warna-warni banget, karena mereka lulusan dari negara yang berbeda-beda,” tambahnya lagi. 

Seperti apa PPDS di Malaysia?

Sebagai international student, ada beberapa perbedaan dari proses PPDS itu sendiri. Untuk international student, rotasi stase hanya dilakukan di dalam RS akademik milik universitas. Jadi, tidak ada rotasi ke RS jejaring. Sementara untuk warga Malaysia, tahun pertama dan terakhir PPDS dilakukan di RS asal mereka masing-masing.

Baca juga  Update Info Pendaftaran PPDS September 2021

Di Malaysia, dokter umum, baik residen maupun staff dokter umum, disebut sebagai medical officer. Mereka bekerja dengan waktu stase dan jaga mengikuti jadwal rotasi seperti halnya di Indonesia. Hanya saja, untuk jaga on call, dokter jaga dapat memperoleh bayaran. Meskipun frekuensinya tidak terlalu banyak.

Secara umum jam kerja sesuai office hour, yaitu pukul 08.00 – 17.00. Jika pada hari tersebut jaga on call, maka akan lanjut sampai keesokan harinya sampai habis office hour di hari berikutnya. Jam kerja dalam satu minggu kurang lebih 40 jam di luar on call.

Namun ada beberapa hal yang berbeda, seperti tugas jaga di IGD yang hanya diampu oleh medical officer dari departemen emergency saja, sementara PPDS dari prodi lain hanya jaga on call di bangsal, dan datang untuk melakukan assesment pada pasien yang dikonsultasikan dari IGD, “jadi di IGD hanya ada medical officer emergency,” tukasnya. Sedangkan jam kerja di IGD mengikuti sistem shift dan tidak ada on call.

Khusus kedokteran emergensi, ada rotasi di departemen lain, seperti anestesi, OK, anak, penyakit dalam, bedah saraf, trauma dan pre-hospital. Pada rotasi pre-hospital, residen akan bertugas sebagai dispatcher dan ikut jika ada ambulance call untuk menjemput pasien darurat.

PPDS di Malaysia

Bagaimana dengan ujiannya? Secara umum ada dua kali ujian nasional, yaitu Part 1 Exam di akhir tahun pertama dan Final Exam di akhir tahun keempat. Di antaranya ada yearly assessment di akhir tahun kedua dan ketiga berupa ujian lisan dan bedside

Selain itu, tugas ilmiahnya juga tidak sebanyak dibandingkan PPDS di Indonesia. “Lebih banyak belajar mandirinya. Ada Continuing Medical Education (CME) setiap minggu, ada kelas-kelas persiapan untuk ujian. Selain itu, residen wajib submit paling ngga 5 case report selama 4 tahun PPDS, proposal, dan thesis” jelas dr. Aji.

Baca juga  Biaya Pendaftaran PPDS: Yuk lihat perbandingannya

Lalu bagaimana dengan senioritas? “Ada sih, tapi bukan yang disuruh-suruh beliin makan atau disuruh bayarin. Dan ini beda-beda tiap RS. Walaupun masih ada 1-2 kasus bullying” tambahnya lagi.

Berapa biayanya?

Biaya PPDS di Malaysia bergantung pada Universitas. Untuk informasi seputar PPDS di UKM, dapat merujuk ke website berikut ini.

Bagaimana bisa mendaftar PPDS di Malaysia?

Sebelum mendaftar, perlu diketahui bahwa pendaftaran PPDS di Malaysia umumnya dibuka 2 kali dalam setahun, bulan Juni dan Desember, termasuk untuk international student.

“Untuk pendaftaran nanti secara online. Cara dan syaratnya bisa dilihat di website masing-masing universitas yang dituju” jelas dr. Aji. Untuk international student yang lulus dari universitas yang diakui oleh Konsil Kedokteran Malaysia (MMC), calon PPDS tidak perlu melakukan penyetaraan. Daftar lengkapnya bisa dilihat di sini.

“Kalau ngga ada di dalam list, nanti harus ikut proses provisional registration, caranya bisa dilihat di website MMC,” tambahnya lagi. Namun dr. Aji juga menekankan jika urusan licensing untuk mendapatkan STR sementara maupun tetap ini termasuk cukup ribet karena banyak dokumen yang diminta dan memakan waktu beberapa bulan.

Untuk proses seleksi PPDS-nya sendiri terdiri dari seleksi secara administratif, tes akademik online yang diselenggarakan secara nasional, dan juga interview di Universitas masing-masing. Hal-hal yang akan dipertimbangkan antara lain IPK, pengalaman kerja minimal 2 tahun, ilmiah seperti publikasi dan presentasi poster, serta CV. “Tapi, saya dulu ngga ikut tes akademiknya, karena waktu saya daftar, ujian tersebut belum diwajibkan,” jelas dr. Aji.

Untuk international student, sebelum memulai rangkaian pendidikan PPDS, akan diikut sertakan dalam attachment program selama 3-6 bulan sesuai prodi masing-masing, dimana calon PPDS tagging atau bekerja sebagai observer, untuk belajar sistem, bahasa, anamnesis, dan hal teknis lain sebelum memulai rangkaian pendidikan PPDS.

Meskipun tidak mendapatkan gaji seperti residen lokal, namun residen internasional mendapatkan allowance covid. Serta ada kesempatan untuk kerja locum di luar jadwal jaga, yaitu mengisi kekosongan shift ketika banyak medical officer yang cuti atau menggantikan yang sakit. Locum ini dibayar 90-100 ringgit per jam.

Baca juga  "Belajar" Tips Mendaftar PPDS dari TikTok

“Untuk international student, juga akan ada kelas bahasa, termasuk untuk yang dari Indonesia, karena bahasa pengantarnya adalah bahasa Melayu-bahasa Inggris” kata dr. Aji. Namun menurut dr. Aji, bahasa tidak menjadi kendala dalam menjalani pendidikan PPDS.

Meskipun hanya ada 3 universitas di Malaysia yang membuka program PPDS, yaitu UKM, Universiti Malaya dan Universiti Sains Malaysia (USM), namun ujian saringan masuk dan ujian kelulusannya sudah terstandarisasi nasional. Untuk pelajar dalam negeri sendiri persaingannya memang sudah cukup ketat, tapi untungnya pelajar internasional memiliki kuota yang berbeda dengan lokal.

Bagaimana prospek bekerjanya nanti?

Menurut dr. Aji, dokter asing yang menjalani program PPDS di Malaysia tetap dapat bekerja di Malaysia, meskipun statusnya berbeda. “Kita bisa bekerja sebagai staf kontrak, namun kekurangannya, kita tidak bisa mendapat kenaikan gaji per tahun seperti warga lokal yang bekerja dibawah Departemen Kesehatan Malaysia pada umumnya” jelas dr. Aji.

Menurutnya, mengambil pendidikan di Malaysia dapat membuka opsi lebih banyak, baik untuk kembali ke tanah air, bekerja di Malaysia atau bahkan melanjutkan pendidikan atau bekerja di negara lain. “Apalagi Malaysia juga termasuk negara yang diakui secara internasional” kata dr. Aji.

Untuk yang ingin kembali ke Indonesia, kini Kementerian Kesehatan (Kemkes) sedang menggodok aturan yang diharapkan dapat mempermudah dan mempercepat proses adaptasi bagi dokter lulusan universitas yang ingin bekerja di tanah air. Sehingga tidak menutup kemungkinan untuk bisa bekerja kembali di Indonesia.

Untuk yang ingin lanjut PPDS di Malaysia, apa saja hal yang perlu diperhatikan?

“Ngga ada tips dan trik khusus,” jelas dr. Aji, “Intinya, mau ambil PPDS dimanapun, harus dipikirkan dulu dengan matang konsekuensinya. Terutama yang sudah berkeluarga, apa yang dikorbankan dan apa yang didapatkan”.

Namun dr. Aji percaya, menjalani pendidikan adalah bentuk investasi terhadap diri sendiri. Yang terpenting adalah memahami konsekuensi yang akan didapatkan.

Jadi, siapa yang tertarik PPDS di Malaysia???

2 thoughts on “#maujadi PPDS di Malaysia: Sistem Pendidikan yang Mirip di Indonesia

  1. Halo sejawat,

    Saya tertarik untuk mengambil Sp Family Medicine di Malaysia, namun masih terlalu awam mengenai proses pendaftarannya. Saya melihat list MMC and unfortunately, my med school is not on the list. Apakah proses dari pendaftaran akan semakin panjang dan sulit? Jika saya harus mengikuti ujian, seperti apakah ujiannya? Looking forward to hearing from you.

    Terima kasih, sejawat!

  2. Hi Firman,
    I apologize for the late reply. Jika fakultas kedokteran Firman tidak ada di dalam list MMC, Firman harus mengikuti Examination for Provisional Registration (EPR). Ujiannya dilaksanakan 2 kali setiap tahun. Ujian Teori pada bulan Maret & September, sedangkan ujian praktik pada bulan April & Oktober. Untuk info lengkapnya dapat dilihat di link berikut.

    https://mmc.gov.my/wp-content/uploads/2020/12/Guidelines-for-Examination-For-Provisional-Registration.pdf

    Di Malaysia juga terdapat parallel pathway untuk Family Medicine, yaitu dibawah Royal College of General Practitioners (RCGP) dari UK.

Leave a Reply