Mengenal Spesialis KKLP: The Indonesian Family Physician
Pernah dengar tentang spesialis Kedokteran Keluarga Layanan Primer (KKLP)? Prodi yang dulu dikenal dengan Dokter Layanan Primer (DLP) ini kini sudah memiliki 3 center pendidikan spesialisasinya di Indonesia dan akan bertambah ke depannya.
Namun, ternyata belum banyak dokter yang mengerti apa sejatinya spesialisasi KKLP ini. Tak kenal maka tak sayang, yuk kita cari tahu dulu apa spesialisasi yang masih tergolong baru, namun menarik ini!
Daftar isi
Apa sebenarnya dokter spesialis KKLP itu?
Spesialisasi KKLP sebenarnya bukanlah barang baru di dunia Kedokteran. Sebab negara-negara maju seperti US, UK, Australia, dan bahkan di negara tetangga seperti Malaysia dan Filipina sudah memiliki spesialisasi yang dikenal juga dengan nama Dokter Keluarga, atau Family Doctor, Family Physician, atau General Practice Specialist (Spesialist in life).
Prof. dr. Mora Claramita, MHPE., Ph.D., Sp.KKLP, Ketua the Indonesian Society of Teachers in Family Medicine menjelaskan bahwa spesialisasi ini juga memiliki perhimpunan sedunia yang diberi nama WONCA (World Family Doctors/ General Practitioners) dimana Indonesia menjadi anggotanya melalui the Indonesian Society of Teachers in Family Medicine (ISTFM) dan Perhimpunan Doker Keluarga Indonesia (PDKI).
Kedepannya, spesialisasi ini akan menjadi satu-satunya spesialis yang bekerja pada layanan primer. “Karena dia harus menguasai kompetensi dokter sebagai first contact,” seperti yang dijelaskan Prof. Hari Kusnanto, dr., SU., DrPH., Sp.KKLP, Ketua Prodi Spesialis KKLP UGM.
Layanan primer sebagai first contact merupakan ujung tombak layanan kesehatan, sehingga keberadaannya harus diperkuat, “salah satunya dengan penguatan SDM melalui spesialisasi ini” tambah dr. Galih Miawan, PPDS KKLP UGM 2022.
Seperti apa kurikulum KKLP dan apa saja yang dipelajari?
Secara umum, KKLP mempelajari tidak hanya aspek biologi manusia dari lahir hingga meninggal, tetapi juga segala aspek bio-psiko-socio-kultural-ekonomi yang ada dari seseorang. “Jadi tidak hanya penyakitnya, namun juga seluruh determinan kesehatan yang mempengaruhi individu, keluarga, dan komunitas” jelas Prof Mora.
Salah satu PPDS KKLP UGM, dr. Inggong, juga mengatakan bahwa apa yang dipelajari di dalam KKLP ini sangat berbeda dengan apa yang dipelajari oleh dokter umum. Yang mana keilmuan tersebut sangat membantu seorang dokter untuk melakukan pelayanan secara komprehensif di dalam seting layanan primer.
Menurut Ketua Minat S2 Kedokteran Keluarga UGM, dr. Fitriana Murriya Ekawati, MPHC, Sp.KKLP, Ph.D, saat ini kurikulum KKLP di UGM memiliki dua golongan, spesialis KKLP (7 semester) atau dengan double degree dengan Master of Clinical Medicine – Minat Family Medicine (8 semester).
Struktur kurikulum di prodi KKLP ini dilakukan di berbagai wahana. “Misalnya di semester satu akan ada modul pengayaan, nanti akan dilanjutkan dengan pembelajaran di wahana fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama/ FKTP, diantaranya adalah puskesmas dan klinik pratama, dan kemudian dilanjutkan dengan pembelajaran di rumah sakit, serta penugasan elektif di komunitas urban/ rural” jelas dr. Fitri.
Di wahana FKTP, peserta didik akan mempelajari hal-hal terkait layanan di tingkat primer, mulai dari penanganan klinis, rujukan, hingga kajian ke keluarga untuk pencegahan. Di puskesmas, residen KKLP juga akan dilatih menggunakan Rekam Medis (RM) khusus yaitu RM SpKKLP atau RM Holistik dan Komprehensif, yang ini sangat berbeda dengan RM dokter maupun RM dokter spesialis lainnya.
Selanjutnya pembelajaran juga dilakukan di RS, tujuannya untuk melihat apakah ada kesenjangan pelayanan antara FKTP dan faskes tingkat lanjut, selain itu juga untuk melihat seperti apa pelayanan oleh dokter spesialis di RS nantinya, hingga ke penanganan post-hospitalization, dan sekaligus mempelajari bagaimana menjadi case manager dari seorang pasien.
Prof Mora juga menambahkan, untuk “stase” di RS sendiri akan berbeda dengan spesialis lainnya, di mana PPDS KKLP nantinya akan memiliki homebase di unit homecare atau bangsal perawatan yang perawatannya bersifat continuous-care seperti di layanan Paliatif.
Sementara kegiatan di IGD hanya merupakan sebagian dari waktu pendidikan, dengan porsi jaga sesuai porsi dokter SpKKLP. “Spesialis KKLP juga lebih mengutamakan kunjungan rumah dan sebenarnya kegawatan di komunitas jauh lebih penting dipelajari karena terbatasnya fasilitas; daripada kegawatan di IGD RS besar,” Prof Mora menambahkan.
Setelah pembelajaran di RS, maka peserta didik akan kembali lagi ke puskesmas untuk pengelolaan kasus yang lebih lanjut dan manajemen di komunitas yang komprehensif dan berkelanjutan.
“Selain itu, tugas akhir seperti tesis dan modul elektif juga ada di semester terakhir, sama halnya dengan spesialisasi lainnya” tambah Prof. Hari. Bentuk kurikulum ini diadaptasi untuk semua center KKLP di Indonesia.
Apa yang membedakan KKLP dan Dokter umum?
“Keterampilan dokter spesialis KKLP akan lebih banyak dibanding dokter umum, bila dihitung perbedaannya mencapai lebih dari 80%” jelas Prof. Mora. Sebab keterampilan spesialis KKLP sudah diatur dalam Perkonsil No. 65 tahun 2019.
Menurut dr. Galuh Dyah Fatmala, salah satu PPDS KKLP UGM, “Salah satu yang paling dirasakan (dari pendidikan KKLP) ini adalah perubahan pola pikir. Saya belajar melihat pasien sebagai sesuatu yang kompleks, tidak hanya pasien dan penyakitnya saja, tapi juga dengan kompleksitas latar belakangnya”.
Berbeda dengan dokter umum, spesialis KKLP tidak hanya melakukan pelayanan terhadap penyakitnya saja, tapi juga memperhatikan dan memanfaatkan peran keluarga pasien, komunitas, masyarakat dan lingkungannya dalam kesembuhan pasien.
“Output-nya, yang pasti tingkat kepuasan pasien dan kesembuhan meningkat,” tambah dr. Galih, “selain itu dari segi pembiayaan akan lebih efektif dan efisien”.
Berdasarkan panduan pelayanan spesialis KKLP yang disusun oleh kolegium dan perhimpunan (KIKKI dan PDKI), ada 500 poin pelayanan berdasarkan 4 ranah (Patient-centered care, Family oriented medical care, Community oriented medical care, Primary care management and practices) yang membedakan spesialis KKLP dan dokter umum.
Kedepannya, perbedaan kompetensi berdasarkan Perkonsil dan Panduan pelayanan ini akan menjadi landasan pemberian insentif yang lebih besar terhadap dokter spesialis KKLP dibandingkan dengan dokter umum.
Siapa saja yang bisa menjadi PPDS KKLP?
Baik dokter umum yang bekerja di layanan primer seperti di praktik mandiri, klinik, puskesmas, hingga dokter yang bekerja di RS nantinya dapat mendaftar pada pendidikan spesialis KKLP ini, “Asalkan mengikuti prosedur admisi sesuai ketentuan universitas,” jelas Prof Mora.
Bagi dokter umum yang memilih spesialisasi ini, seperti dr. Galih, merasakan bahwa hingga kini, tidak ada kesempatan bagi dokter yang memang memiliki passion sebagai klinisi di layanan primer untuk meningkatkan keilmuan. “Selama ini dokter yang berminat sebagai klinisi di puskesmas seolah berhenti jenjang karir dan pendidikannya sampai pensiun”.
Menurutnya, pilihan yang ada selama ini bagi dokter layanan primer hanyalah jenjang S2, dimana lulusannya identik dengan manajerial dan kesehatan masyarakat dan pada akhirnya akan memegang jabatan struktural.
“SpKKLP ini akan menjadi jawaban bagi dokter di puskesmas yang memiliki passion sebagai klinisi di layanan primer agar dapat meningkatkan keilmuan untuk meningkatkan kualitas layanan di layanan primer” tambahnya lagi.
Spesialisasi ini nantinya akan menjadi wahana untuk dokter umum meningkatkan kompetensinya. Maka, untuk menampung peminatan yang akan semakin banyak dari golongan dokter umum kedepannya, akan ada peningkatan jumlah center PPDS KKLP.
“Di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Lampung, Jakarta, dan Bali juga sudah memulai persiapan untuk membuka center KKLP. Universitas swasta juga, Yarsi di Jakarta misalnya,” Prof. Hari menjelaskan.
Seperti apa prospek dokter spesialis KKLP kedepannya?
Lulusan spesialis KKLP tidak hanya bisa bekerja di layanan primer seperti Praktik Mandiri, Klinik Pratama dan Puskesmas saja, tetapi mereka juga bisa bekerja di RS, misalnya di layanan medical checkup dan layanan homecare.
Tidak hanya menjadi dokter pelayanan, spesialis KKLP juga bisa menempati posisi manajerial seperti kepala Puskesmas, Dinas Kesehatan, dan semacamnya. “Karena teman-teman (PPDS KKLP) juga dikenalkan dengan prinsip-prinsip manajerial dan pengelolaan faskes di prodi KKLP” jelas Prof. Mora.
Selain itu, dokter spesialis KKLP juga dapat bekerja di komunitas, misalnya di organisasi-organisasi. “(Sp.KKLP) Fokusnya sebenarnya lebih luas, tapi utamanya di layanan primer dan komunitas” sebut Prof. Hari.
Menurut Prof Mora, negara dengan layanan primer yang kuat dengan dokter keluarga sebagai ujung tombaknya terbukti secara ilmiah memiliki keuntungan antara lain 1) Dapat menurunkan anggaran biaya kesehatan, 2) Meningkatkan status kesehatan dan 3) Meningkatkan kepuasan pasien. Itulah sebabnya, di masa depan, keberadaan dokter spesialis KKLP akan sangat dibutuhkan.
Adakah tips dan trik khusus agar dapat diterima di prodi KKLP?
Baik dr. Fitri dan dr. Yogi Fitriadi, staf muda prodi KKLP, menyatakan penting untuk mempersiapkan persyaratan administrasi dari jauh-jauh hari sebelumnya.
Untuk dokter yang datang dari daerah yang jauh, dr. Inggong (PPDS KKLP) berpesan untuk berkomunikasi dengan panitia penerimaan jika ada kendala. “Karena dosen KKLP ini benar-benar seperti keluarga, saya tidak merasa bertemu dengan seorang guru, tapi seorang bapak dan ibu, kita seperti keluarga, jadi pasti akan membantu”.
Untuk seleksi substansi seperti ujian tertulis, ujian jurnal, dan ujian wawancara, dr. Galih (PPDS KKLP) menyarankan untuk para calon PPDS mempelajari dengan baik prinsip kedokteran keluarga itu sendiri.
“(selain itu) Beretika yang baik, saling menghargai, menghormat, siapkan motivasi dan alasan yang baik, serta berdoa,” tambah dr. Inggong, “…..dan jangan gugup sewaktu ujian”.
Bagi teman-teman yang tertarik dengan spesialisasi ini, Kemenkes memiliki beberapa opsi beasiswa yang diberikan untuk para calon spesialis KKLP sebagai bentuk dukungan perbaikan SDM di tingkat FKTP.
Tahun 2022 lalu, Kemenkes meluncurkan beasiswa khusus PPDS KKLP untuk dokter PNS yang bekerja pada layanan primer. Tidak hanya itu, prodi ini juga termasuk ke dalam daftar prodi dalam Tubel dan Bandikdok Kemenkes yang dapat digunakan bagi dokter PNS, non-PNS dan pasca NS.
Mengingat layanan primer menjadi salah satu yang menjadi fokus Kemenkes dalam transformasi kesehatan di Indonesia, maka peluang dan prospek karirnya akan terus meningkat seiring dengan berjalannya waktu.
Tinggal kembali pada teman-teman dokter umum, apakah sudah siap upgrade jadi spesialis?