Riset untuk terapi penyakit? Animal model jawabannya

animal model

Pernah ngga kepikiran, sebelum sebuah terapi itu diujikan ke manusia, bagaimana para peneliti yakin bahwa terapi tersebut ada manfaatnya? Selain dengan melakukan percobaan in vitro dengan sel, penelitian in vivo dengan animal model atau model hewan coba “yang menyerupai penyakit” kerap dilakukan untuk menguji hipotesis. Seperti apa itu?

Animal model, buat apa?

Bagaimana peneliti yakin bahwa SGLT2 inhibitor (SGLT2i) bener-bener bermanfaat untuk diabetes? Salah satunya dengan menguji pada hewan coba seperti tikus (rats) atau mencit (mice) yang dibuat sakit diabetes, dan melihat efek SGLT2i terhadap tikus diabetes tersebut, sebelum diujikan ke manusia.

An animal model is a non-human species used in medical research because it can mimic aspects of a disease found in humans.

genome.gov

Menurut dr. Dwi Aris Agung, MSc, PhD, dosen dan peneliti dari UGM, model hewan coba menjadi alat yang bermanfaat dalam mempelajari penyakit pada manusia, mempelajari mekanisme obat maupun mengembangkan obat baru. Model hewan coba ini nantinya dapat membantu menjawab pertanyaan klinis yang ada.

Selain dapat menguji dan mengembangkan obat, melalui hewan coba kita bisa mempelajari patofisiologi penyakit hingga ke ranah genetik.

Bagaimana membuatnya?

Hewan coba dapat dibuat melalui beberapa cara, yaitu induksi farmakologis, operasi, maupun dengan rekayasa genetika.

Misalnya untuk membuat tikus diabetes, peneliti bisa menyuntikkan obat-obatan seperti streptozotocin (STZ) yang dapat merusak sel beta pankreas sehingga tikus mengalami hiperglikemi dan hipoinsulinemia. Untuk membuat model tikur gagal ginjal, kita peneliti dapat melakukan operasi untuk meligasi arteri renalis sehingga terjadi fibrosis pada ginjal.

Cara yang lebih modern lagi adalah dengan melakukan modifikasi genetika. Misalnya untuk membuat model tikus kanker, maka dilakukan knock-out atau menghapus coding sequence dari sebuah gen, yaitu knock out gen p53 yang berfungsi sebagai tumor suppressor gene sehingga tikus tersebut rentan terhadap kanker.

Baca juga  Penerimaan PPDS USU dan UNSRAT: Update April 2021

Seperti apa manfaatnya?

Untuk yang penasaran bagaimana hewan coba digunakan dalam penelitian dan bagaimana implikasinya terhaadp kemajuan ilmu pengetahuan, teman-teman dapat mengikuti event yang diselenggarakan oleh Magister Ilmu Biomedik, FK-KMK UGM ini dengan mengundang para peneliti dari Jepang.

Buat yang ingin tahu S3 di Jepang ngerjain apa aja, event ini cocok banget buat kalian yang bercita-cita lanjut S3 di Jepang!

Di sini kita bisa belajar tentang bermacam animal model dari berbagai penyakit dan bagaimana memanfaatkannya ke dalam penelitian translasional. Penasaran? Daftar yuk!

Untuk pendaftaran bisa lewat link ini. Jangan sampai ketinggalan ya!

Leave a Reply