Getting a Public Health Degree in Aussie: Dari S2 ke S3
Siapa yang tertarik di bidang Public Health (PH)?? Siapa bilang PH ngga seru? Dewasa ini, bidang PH justru menjadi salah satu bidang yang promising lho. Yuk coba kita dengar pengalaman dr. Ayu Swandewi, MPH, Ph.D, praktisi PH dan dosen Universitas Udayana yang mengenyam pendidikan S2 dan S3-nya di dua universitas berbeda di Australia. Seseru apa?
Daftar isi
Apakah motivasi dr. Ayu ketika memilih utk masuk ke ranah PH?
Sama seperti dokter pada umumnya, awalnya dr. Ayu berencana mencari pengalaman kerja sebelum lanjut tahap spesialis. Namun, ketika melihat ada peluang bekerja di bidang PH di kampusnya, dr. Ayu akhirnya memantapkan pilihan untuk berkecimpung di ranah itu.
“Apalagi saya memang suka dengan kesehatan masyarakat sejak kuliah dulu,” ujar dr yang akrab disapa dr. Ayu ini. Selain itu, kehadiran dosen-dosen berwawasan luas yang telah mengenyam pendidikan di luar negeri membuat bidang ini sangat menarik dan menginspirasi.
Kini, dr. Ayu tidak hanya mengajar di bidang PH, tapi juga fokus ke kajian Tobacco Control and Lung Health, di Udayana Center of NCD.
Memang, apa yang menarik dari bidang Public Health (PH)?
Bagi dr. Ayu, kesehatan masyarakat merupakan topik yang menarik, “karena di bidang ini kita mencoba melihat permasalahan kesehatan dari perspektif yang sedikit berbeda, yaitu sejak permasalahan belum terjadi, dengan mempelajari berbagai kondisi yang mempengaruhi suatu permasalahan kesehatan, sampai ke upaya mitigasi permasalahan yang sudah terjadi”.
Kesehatan masyarakat sendiri menurutnya sangat luas dan menarik, sekaligus menantang, “karena bersinggungan dengan berbagai sisi kehidupan masyarakat yang seringkali tidak hitam dan putih namun sangat kontekstual” tambahnya lagi, “saya pribadi suka melakukan eskplorasi yang memang menjadi salah satu core di kesehatan masyarakat”.
Kenapa dr. Ayu memilih untuk lanjut di Australia?
Keputusan dr. Ayu memilih melanjutkan studi di Australia ternyata tidak main-main lho. Kualitas pendidikan, kampus yang baik dan menonjol terutama di bidang PH di Australia menjadi poin utama. Apalagi keberagaman masyarakat dan penerimaan terhadap mahasiswa Indonesia cukup baik.
Selain itu, lokasinya yang cukup dekat dengan Bali, dimana orang tua dr. Ayu tinggal, juga menjadi pertimbangan sendiri, “jadi tidak masalah kalau orang tua sewaktu-waktu membutuhkan saya” ujarnya.
Tidak hanya menyelesaikan jenjang S2, dr. Ayu yang awalnya mengambil pendidikan Master di The University of Melbourne pada tahun 2007-2008, akhirnya memutuskan untuk kembali lagi ke Australia pada tahun 2016 untuk melanjutkan studi S3-nya, bersama dengan suami yang juga mengambil studi S3 di bidang Farmakologi.
“Untuk S3, saya ambil di The University of Sydney. Pertimbangannya karena disana ada supervisor yang sesuai dengan bidang yang saya tekuni” jelas dr. Ayu. Baik Melbourne maupun Sydney merupakan kampus terbaik di Australia. Bahkan di antara School of Public Health, The University of Sydney sempat tercatat sebagai nomor 1 di Asia.
“Kelebihan yang saya amati dari public health di Sydney adalah bridging dari research untuk kebijakan benar-benar dilaksanakan dan praktek seperti ini sangat perlu ditingkatkan di Indonesia” ujar dr. Ayu.
Bagaimana proses studi S2 dan S3 di Australia?
“Sewaktu saya di Melbourne program masternya berlangsung selama 2 tahun. Program master umumnya ada by coursework (dengan atau tanpa minor thesis) dan by research (full thesis),” jelas dr. Ayu. Untuk master by coursework pada umumnya lebih banyak ada perkuliahan dan tutorial; sedangkan kalau master by thesis lebih fokus untuk penelitian.
Sementara untuk studi S3, umumnya dapat diselesaikan sampai 8 semester (4 tahun). “Tapi studi S3 agak berbeda karena lebih mandiri. Dosen atau supervisor lebih bersifat mengarahkan saja. Sehingga disini seringkali menjadi tantangan, karena time management dan perseverance menjadi sangat penting” ujar dr. Ayu.
Secara umum, hubungan dosen dan mahasiswa sangat baik di Australia. Selain itu, banyak mahasiswa dari daerah dan negara yang berbeda sehingga bisa menambah jejaring pertemanan.
Untuk mahasiswa S3 atau master by research, menurut dr. Ayu, hubungan antara mahasiswa dan supervisor sangat krusial. “Dengan komunikasi yang baik, umumnya jarang terjadi masalah” tambahnya.
Apabila ada kendala selama proses supervisi atau pembuatan tesis, pihak kampus pun sangat suportif dengan memberikan dukungan berupa course tambahan seperti course untuk menulis, metodologi, Bahasa Inggris, yang sangat bermanfaat.
Bagaimana prospek kedepan dokter ahli PH?
Menurut dr. Ayu, saat ini dokter ahli PH mempunyai peluang kerja yang sangat luas, baik di bidang akademik, riset, konsultansi, hingga manajemen.
“Mulai dari sektor pemerintah, kampus, lembaga riset, non-government organization, perusahaan, lembaga-lembaga internasional, rumah sakit dan berbagai sektor lain yang berkaitan dengan spesifikasi ilmu Kesehatan masyarakat yang diambil” kata dr. Ayu.
Adakah tips&trick untuk yang ingin mengikuti jejak dr. Ayu?
“Apa pun bidang yang akan dijalani, tekuni dengan hati dan tetap rendah hati untuk tetap belajar,” pesan dr. Ayu.
Menurut pengalaman dr. Ayu, seringkali kita underestimasi terhadap diri sendiri, padahal sebenarnya kita mampu, atau seringkali kita khawatir akan hasil atau penolakan walaupun itu belum tentu terjadi. “Sehingga jangan ragu untuk mencoba setiap kesempatan yang ada, karena kalau kita tidak mencoba kita tidak akan tahu kalau kita berhasil atau tidak, dan kalau kita tidak mencoba pasti kita tidak berhasil” ujar dr. Ayu.
“Saya bisa menyelesaikan studi S3 full time bersama suami yang juga kuliah S3 full time, plus 4 anak yang salah satunya bayi yang baru lahir di 3 bulan pertama studi. So, adik-adik dokter saya yakin bisa lebih dari itu”. Pesan terakhir, jangan menunda dan mulailah pendidikan lanjutan sesegera mungkin.
Just Try, it doesn’t hurt.
Yuk, sudah siap lanjut studi?