#maujadiPPDS Forensik: tentang pembuktian dan medikolegal
Jangan keburu skip dulu mendengar prodi yang satu ini gaes. Walaupun kedengeran serem, tapi temen-temen belum pernah dengar sisi menariknya kan? Yuk mari kita bahas prodi PPDS Forensik, atau yang dikenal dengan Ilmu Kedokteran Forensik (IKF)!
• Hanya ada 7 center IKF se-Indonesia! USU, UNHAS, UI, UNPAD, UNDIP, UGM dan UNAIR. (Cek disini)
• Lama Studi 6-7 semester. USU, UI dan UNDIP diketahui memiliki durasi 6 semester, sisanya 7 semester. Sementara UNHAS, belum kami dapatkan informasinya. (Cek di sini)
• Biaya Studi: SPP per semester 9-15 juta dengan sumbangan tertinggi 25 juta, SPP termurah ada di UGM (9) dan tertinggi di USU dan UI (15), sumbangan tertinggi ada di UI (25) dan terendah di UNDIP dan UNAIR (10), sementara USU menggunakan DKA dan UGM dengan sistem UKT. UNHAS kami tidak mendapat informasinya. (Cek di sini)
Kenapa PPDS Forensik?
Jangan salah temen-temen, forensik tidak identik dengan laki-laki lho. Jaman now, banyak perempuan memilih jalur karir forensik, salah satunya dr. Renny Sumino, Sp.FM yang memilih prodi forensik karena tertarik dengan keilmuannya, “di forensik kita dituntut untuk mampu membela keadilan lewat ilmu kedokteran yg kita punya, membantu memecahkan suatu kasus pidana yg kita temukan dan cari dari barang bukti yg ada”.
Menurut dr. Renny, kedokteran forensik tidak hanya tentang membuktikan suatu kebenaran tapi juga memahami aspek medikolegal dan poin-poin penting dari KUHAP/KUHP/UU untuk melindungi diri dan sejawat dari tuntutan yg mungkin kurang tepat dan yang berkaitan dengan kasus patologi forensik ataupun forensik klinik.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh dr. Shella Morina, PPDS UNAIR yang memilih forensik karena dianggap unik dan menarik, “kita tidak hanya berurusan dengan orang hidup tetapi membantu mengungkap fakta dan keadilan bagi mereka yang sudah meninggal serta membantu teman sejawat dalam menghadapi kasus-kasus yang sulit terkait medikolegal” ujarnya.
Meskipun bidang forensik terdengar “seram” dan terkesan “berat”, namun dr. Shella berpendapat bahwa tidak ada bidang spesialisasi yang berat untuk perempuan jika memang sudah sesuai dengan passion dan prioritas. “Forensik menurut saya tidak terlalu menuntut banyak waktu, dan bagi saya yang family oriented, hal tersebut juga menjadi salah satu pertimbangan saya untuk memilih forensik” jelas dr. Shella.
Prospek Cerah?
Prospek kerja dari forensik ternyata tidak jauh berbeda dengan spesialis lainnya, seorang dokter forensik bisa bekerja di RS tipe A hingga tipe D pun bisa, “Sesuai dgn kebijakan masing-masing direktur” jelas dr. Renny, “Karena tugas dokter forensik bukan cuma otopsi saja, tapi juga kasus lain misalkan forensik klinik pada kasus intoksikasi atau penganiayaan atau kejahatan seksual, juga kasus medikolegal, misalkan pada kasus abortus sesuai indikasi klinis, maka forensik akan raber / case conference bersama spesialis lain yg menangani pasien tersebut misalkan dengan bagian obgyn/kardio/IPD”.
Selain bekerja sebagai praktisi, menurut dr. Shella, spesialis forensik juga dapat menduduki jabatan struktural seperti di manajemen rumah sakit maupun komite etik. Di ranah pendidikan, spesialis forensik juga bisa berkarir sebagai dosen dan peneliti.
Dari segi keilmuan, dokter spesialis forensik juga masih bisa memperdalam keilmuannya dengan melanjutkan ke magister hukum, magister hukum kesehatan atau mengambil sertifikasi sebagai mediator, supaya dapat menjadi mediator pada kasus hukum di lingkungan rumah sakit, yang mana saat ini masih dibutuhkan di berbagai rumah sakit.
Apalagi saat ini di Indonesia jumlah dokter forensik masih sangat sedikit bila dibandingkan dengan dokter di bidang lain. Sehingga keberadaannya masih dibutuhkan dan kesempatan berkarirnya pun lebih luas. “Tidak usah khawatir dengan peluang kerja, karena peluang kerjanya juga luas, staf pendidikan juga masih banyak dibutuhkan,” tambah dr. Renny.
Persiapannya?
Untuk yang berminat masuk PPDS forensik, harus ada persiapan tentunya, “Pertama, tentu saja motivasi dan passion yang kita miliki untuk mendalami ilmu tersebut” ujar dr. Renny. Sementara untuk masalah teori atau keilmuan, dr. Renny menyarankan untuk membaca buku dari e-book atau jurnal. Peluang masuk di bagian IKF bisa dibilang lebih besar dibanding bagian lain.
“Yang pasti belajar dan berdoa,” lanjut dr. Shella,”Memperbanyak koneksi, mempersiapkan diri dari jauh hari dan mencari tahu apa saja yang dibutuhkan dan diperhitungkan dalam penerimaan”. Dr. Shella juga berpesan untuk membiasakan dan melatih diri untuk berani dalam menyampaikan pendapat berdasarkan analis yang tepat, “karena yang kita hadapi bukan hanya pasien dan keluarganya, tetapi juga penyidik dari kepolisian ataupun ahli lain dari bidang hukum” ujarnya.
Nah, ada yang mau bergabung jadi spesialis forensik?