Dokter tapi belajar Ilmu Sosial? Bisa banget! #maujadimagister

Dokter mengambil program magister bidang kedokteran sudah biasa. Tapi bagaimana dengan dokter yang mengambil magister di luar dunia kedokteran? Apalagi ilmu sosial?

Yuk sekarang kita tanya dr. Niken Sasadhara S., dokter yang saat ini tengah menjalani semester kedua-nya sebagai mahasiswa Magister Media dan Komunikasi, Universitas Airlangga. Seperti apa dan bagaimana kisahnya? Yuk kita intip!

Kenapa ilmu komunikasi?

Hal ini diawali sebuah pemikiran tentang hidup sehat. Selama bekerja sebagai dokter, dokter yang akrab disapa dr. Niken ini kerap menemukan banyak masyarakat yang masih belum menerapkan hidup sehat, “saya berpikir pasti ada alasan atau masalah disini. Apalagi, ilmu kedokteran sudah maju dan harusnya bisa diterima oleh masyarakat secara utuh. Tapi, realitanya tidak demikian. Masih didapati orang yang hidup tidak sehat, padahal yang bersangkutan berkecukupan”.

Tidak hanya itu, maraknya praktik pengobatan tanpa dasar ilmu kedokteran yang memadai, memberi gambaran bahwa kaidah ilmu kesehatan belum tersampaikan dengan baik di masyarakat. Berangkat dari permasalahan ini, dr. Niken ingin memberi solusi agar ilmu kesehatan dapat “membumi” di perilaku masyarakat.

Hal ini, dr. Niken tempuh dengan melengkapi ilmu kesehatan dengan ilmu sosial, “Saya harus belajar bagaimana memahami kehidupan sosial, kebudayaan, dan sebagainya. Dengan memilih ilmu komunikasi, saya ingin kedepannya dapat menyampaikan pentingnya ilmu kesehatan kepada masyarakat, dengan tetap menggunakan basis ilmiah, tapi dengan cara yang bisa membuat masyarakat paham seutuhnya, sehingga dapat merubah kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan untuk mereka sendiri”.

Baca juga  Master of Science in Cardiovascular Science: Sulitkah? #maujadimaster #masterinUK

Selain itu, dokter yang pernah berkecimpung di dalam Unit Pusat Informasi dan Humas di Universitas Airlangga ini banyak mendapatkan aneka pengalaman seputar komunikasi. Dari pengalaman tersebut dr. Niken belajar bahwa komunikasi bukan sekedar tampil didepan publik saja, tetapi jauh lebih dari itu, “Mulai dari pengemasannya, strateginya, sampai manajemennya bagaimana agar diterima oleh publik, itu yg menantang. Jadi, bekerja dibalik layar is much more challenging but fun”.

Bagaimana proses pendidikan S2 Komunikasi?

Magister Media dan Komunikasi merupakan satu diantara empat program magister di bawah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Airlangga.

Total masa studinya adalah 2 tahun, dengan 3 semester kuliah dengan topik seputar teori sosial, komunikasi, media, industri kreatif dan juga metodologi penelitian. Sementara semester terakhir untuk penyusunan tesis (info lanjut klik disini).

“Ternyata ilmu komunikasi tidak mudah lho. Saya sempat keteteran, karena banyak konsep dan istilah baru yang saya awalnya sulit memahami, terutama di awal semester”, ungkap dr. Niken.

Untuk mengatasi permasalahan ini pun dr. Niken sempat mengikuti kuliah S1 Ilmu Komunikasi, “Saya pelajari basic-nya dulu. Baru setelah semester kedua, saya mulai mendapatkan implementasi atau ilmu yang praktis, yang ternyata sangat bisa diimplementasikan di dunia Kesehatan. Mulai dari sadar akan pentingnya komunikasi publik soal isu kesehatan, sampai pada praktek komunikasi antara dokter dengan sejawatnya, pasiennya, dan khalayak luas”.

Baca juga: Lulus dokter langsung dapat gelar magister! Mau?

Apa tantangan dalam menjalani pendidikan S2 Komunikasi?

“Banyak. Terutama karena saya “ketinggalan” ilmu dasarnya, yakni ilmu sosial. Mau tak mau, saya harus perbanyak baca buku ilmu sosial. Selain itu, saya juga masih aktif bekerja sebagai dokter di RS Unair,” jawab dr. Niken.

Baca juga  #maujadippds: BEDAH! Here comes the surgery!

Namun, dr. Niken juga berpendapat bahwa mempelajari ilmu komunikasi membukakan peluang, apalagi di zaman sekarang yang serba digital dimana semua orang sedang belajar terhadap perubahan sosial di era digital, “maka ini menjadi peluang untuk sama-sama belajar terhadap fenomena berkomunikasi dengan cara baru, terutama dalam menyampaikan pesan-pesan yang terkait dengan hal esensial kehidupan manusia, yaitu kesehatan”.

Bagaimana rencana aplikasi ilmu komunikasi kedepannya?

“Saya berencana mendalami telemedicine; pengobatan berjarak tanpa perjumpaan secara fisik antara dokter dan pasien. Saat ini kan banyak konsultasi melalui media baru, seperti internet, medsos, ponsel dan lainnya. Saya ingin kehadiran teknologi komunikasi ini bisa menolong masyarakat untuk menyehatkan mereka. Disinilah pentingnya ilmu komunikasi” jelas dr. Niken.

Dengan memahami pentingnya ilmu komunikasi di dunia Kesehatan, dr. Niken percaya bahwa stakeholder di dunia Kesehatan bisa mengoptimalkan peran mereka yang berhubungan dengan layanan masyarakat, “Saya kira ilmu komunikasi amat mendasar dan perlu untuk dipahami semua profesi yang berkaitan dengan pelayanan publik, termasuk para dokter”. 

Hal inilah yang disadari oleh dr. Niken pada tahun kedua studinya, bahwa ilmu komunikasi ternyata penting dan sama esensialnya seperti kesehatan dalam kehidupan manusia. Kedepannya, dr. Niken berharap agar ilmu komunikasi bisa dimaksimalkan juga oleh para dokter.

Tidak hanya dalam menyampaikan pesan, namun seni yang berbasis sosiokultural juga menjadi kunci penting dalam keberhasilan dalam tercapainya pesan dan tujuan dalam menyehatkan masyarakat. “Mulai dari bagaimana kita memahami orang lain, media apa yang tepat untuk menyampaikan pesan, hingga mengelola disaat adanya arus komunikasi yang tidak sejalan” dr. Niken menjelaskan.

Nah, gimana tips and trick buat masuk S2 komunikasi?

“Untuk orang yang basic-nya dari Ilmu Kedokteran untuk masuk ilmu komunikasi sebenernya tidak mudah. Karena konsep dan istilahnya sudah beda. Kedokteran adalah ilmu eksakta, sedangkan ilmu komunikasi sangat multidisiplin. Jadi, sebelum mulai studi lanjut di media dan komunikasi, saya baca-baca buku komunikasi, juga berdiskusi dengan beberapa dosen komunikasi unair yang Alhamdulillah sangat open minded dan supportive” kata dr. Niken.

Baca juga  #maujadippds: SARAF! The evergreen favorite!

Kalo kamu, berani ngga mendalami ilmu komunikasi?

Leave a Reply