#maujadiawardeeLPDP spesialis: dari LPDP ke PPDS impian
Masih ingat dengan dokter juara EKG dari Universitas Gadjah Mada (UGM)? Siapa yang sangka dokter asal Tangerang bernama dr. Daniel Sukmadja ini berhasil menjadi awardee beasiswa LPDP spesialis untuk jenjang spesialis pada batch Desember 2022 lalu.
Tidak berhenti sampai disitu, dokter cerdas satu ini berhasil diterima di prodi PPDS impiannya pada tahun 2023 ini, setelah sebelumnya pernah gagal di center yang sama. Bagaimana caranya menggapai mimpinya ini?
Daftar isi
Berjodoh dengan LPDP
Dokter yang dipanggil dr. Daniel ini mengaku bahwa keberhasilannya diterima LPDP sekaligus diterima PPDS di prodi impiannya seperti jodoh. Sebab dirinya tidak akan bisa mendaftar LPDP jika ia diterima PPDS ketika mendaftar pertama kali pada semester genap tahun 2022 lalu.
“Kalau saya dulu diterima PPDS (pada percobaan pertama) mungkin saya ngga bisa daftar LPDP batch 2022 kemaren. Karena LPDP kan sudah lama banget ngga buka pendaftaran, dan ngga tau kapan lagi akan buka, timing-nya kaya pas aja gitu” ujar dokter yang pernah mengabdi di Kalimantan Barat ini.
Meskipun kegagalan pertamanya menjadi PPDS cukup menyakitkan, ternyata hikmahnya justru sangat baik.
Persiapan mendaftar LPDP
Begitu mengetahui LPDP membuka pendaftarannya pada bulan Desember 2022 lalu, dr. Daniel segera bangkit dan mempersiapkan dokumen pendaftarannya. Apalagi, persyaratan pendaftaran beasiswa LPDP tergolong cukup detil, sampai ke STR.
Untungnya, persyaratan LPDP ini mirip dengan persyaratan PPDS yang sebelumnya sudah dipersiapkan dr. Daniel. Jadi, ibaratnya ia sudah setengah jalan.
“Dokumen yang paling penting (menurut saya selain STR) itu justru esai, karena esai itu kan dikumpulin di awal, tapi dia sebenernya paling krusial, karena esai nanti akan dipakai untuk wawancara nanti, meskipun syarat administrasi yang lainnya itu juga penting,” jelas dr. Daniel.
Selain itu, surat rekomendasi tempat kembali itu juga penting menurut dr. Daniel. Beruntung, dirinya sudah memiliki surat rekomendasi tempat kembali dari RS Fatima, Ketapang-Kalimantan Barat, tempatnya menjalani PTT sekitar 3 tahun sebelum pendaftaran LPDP tersebut.
“Ketimbang surat rekomendasi, justru lebih sulit mendapatkan syarat TOEFL,” tambahnya lagi, “karena jarak pengumuman pendaftaran sampai deadline submit syarat administrasi itu deket. Padahal proses pencetakan sertifikat TOEFL itu butuh waktu sampai 14 hari. Jadi harus langsung dapat, ngga bisa re-take lagi”.
Karena waktu penerbitan yang lama inilah dr. Daniel menyarankan untuk mendapatkan persyaratan TOEFL terlebih dahulu ketika mempersiapkan pendaftaran.
Poin apa yang penting dalam proses pendaftaran?
Berdasarkan pengalaman pribadinya dan dari beberapa alumni/awardee LPDP yang menjadi mentornya dalam mempersiapkan pendaftaran PPDS, dalam seleksi beasiswa LPDP ini pressure point nya ada pada kontribusi dan kemampuan calon pendaftar untuk belajar serius dan lulus tepat waktu.
“Untuk membuktikannya adalah dengan menunjukkan bahwa kita benar-benar berminat di bidang itu, salah satu caranya dengan mengikuti seminar di bidang tujuan kita, atau memiliki prestasi di bidang tersebut,” dr. Daniel menjelaskan.
Apalagi, ada pendaftar LPDP itu ada banyak sekali, kita harus memiliki pembeda atau poin lebih diri kita dibandingkan dengan pendaftar yang lain. Bisa dengan memiliki prestasi atau memiliki rencana kontribusi yang jelas dan realistis.
Perlukah mengikuti kelas-kelas persiapan LPDP?
Menurut dr. Daniel, sangat penting untuk mengumpulkan informasi-informasi terkait pendaftaran beasiswa ini. “Untuk yang terkendala koneksi yang kurang, tidak punya teman yang menjadi awardee, grup-grup atau kelas-kelas seperti ini sangat membantu,” ujar dr. Daniel.
Dari grup-grup tersebut, menurutnya para calon pendaftar dapat memperoleh informasi terkait tips penulisan esay, soal-soal yang dipakai dalam seleksi tes bakat skolastik, hingga poin-poin penting saat tes wawancara LPDP yang bermanfaat sekali.
Semakin banyak informasi yang didapat, akan semakin baik untuk memetakan “medan perang” dan membuat strategi.
Proses seleksi manakah yang paling menantang?
Seperti terlihat pada data-data LPDP yang ada, seleksi substansi wawancara menjadi tahapan seleksi yang bisa menjadi unexpected. Sebab pertanyaan yang diberikan interviewer bisa berbeda-beda dengan prediksi yang ada. Bahkan, dari prediksi yang beredar, hanya sedikit yang benar-benar ditanyakan pada tahap seleksi ini.
“Sempat ditanya materi apa yang paling diingat dari simposium yang terakhir diikuti. Disitu saya menjelaskan tentang isi materinya. Dan pertanyaan ini sangat unexpected, ngga ada di kisi-kisi pertanyaan wawancara tahun-tahun sebelumnya” ujarnya.