#maujadippds: Dermatology&Venereology! Not just about skin!


Siapa yang menunggu info tentang spesialis kulit dan kelamin atau yang sekarang banyak dikenal dengan DV alias Dermatology and Venereology?? Sekarang saatnya kita kupas tuntas tipis-tipis tentang spesialis DV!
Tapi, sebelumnya perlu kalian ketahui:
• Ada 13 center dengan prodi DV se-Indonesia! Semua center PPDS di Jawa-Bali-Sulawesi punya prodi ini. Sementara di Sumatera, UNAND, UNSRI, dan USU juga membuka prodi ini. Cek tabelnya disini.
• Lama Studi rata-rata 7-8 semester! Hampir semua center berdurasi 7 semester, kecuali UI (8 semester)
• Biaya Studi: SPP 6-19,5jt/semester dengan sumbangan terbesar 65 juta. SPP paling murah ada di UNS (6) dan yang termahal ada di UNPAD (19,5), sementara sumbangan termahal ada di UI jalur khusus (96), UB (65) dan UNS (52) sementara termurah ada di UNPAD dan UNDIP (20), tidak termasuk UGM dan UNUD menggunakan system UKT, serta USU dengan system DKA. Sementara UNHAS, UNSRAT, UNAND dan UNSRI kami tidak mendapat informasinya.
Khusus di UI: Besarnya SPP dan sumbangan bergantung pada jalur umum (jalur PTT) atau jalur khusus (jalur non-PTT). Jalur umum SPP 15 jt dan sumbangan 35 jt. Jalur khusus SPP 20 jt dan sumbangan 96jt. Jalur khusus di DV UI bukan berarti kiriman tubel.
Kenapa prodi kulit dan kelamin?
Tidak bisa dipungkiri prodi DV ini menjadi salah satu dambaan para dokter perempuan, tidak terkecuali dr. Fitri Firdausiya, PPDS UB, yang sudah mengincar prodi ini sejak jenjang S1. “Ilmu DV bisa berguna untuk mengobati diri sendiri,” jelas dr. Fitri yang mengaku kerap menjadi pasien spesialis DV. Tetapi, diluar alas an pribadi, dr. Fitri melihat prodi DV sebagai prodi yang mempelajari salah satu organ terbesar dalam tubuh, yaitu kulit, “karena organ ini yang langsung keliatan orang lain, hal ini membuat penampilan dan kesehatan kulit akan tetap menjadi daya tarik dan fokus sebagian besar orang, walaupun masalah DV tidak melulu masalah estetik” ungkap dr. Fitri yang percaya bahwa profesi dokter kulit kelamin termasuk profesi yang tak lekang oleh waktu.
Walaupun di dominasi oleh dokter perempuan, nyatanya dokter laki-laki juga memiliki minat di bidang DV, seperti dr. Mufqi Priyanto, atau yang akrab dipanggil dr.Uki, PPDS UI. Bagi dr. Uki, stigma profesi DV yang didominasi perempuan tidak menjadi masalah, karena buat dr. Uki, ilmu DV memang menarik. Selain karena mayoritas penyakit kulit dan kelamin yang ‘visual’, “Dengan melihat berbagai lesi kulit, bisa langsung muncul berbagai diagnosis banding dan bahkan bisa juga jadi clue, kira-kira ada penyakit sistemik apa” aku dr. Uki. Selain itu, di prodi DV, ternyata ilmu medis dan tindakannya bisa dibilang seimbang, apalagi tindakan-tindakan bedah kulit yang juga semakin maju.
Baik dr. Uki dan dr. Fitri juga sepakat bahwa di prodi DV, beban jaga dan kerja bisa dibilang tidak terlalu berat, “Hitungannya kan lebih santai dibanding interna atau bedah, walaupun mungkin memang lebih banyak ilmiahnya,” jelas dr. Uki. Selain itu, dr. Fitri pun juga menambahkan bahwa prodi ini cocok untuk perempuan yang berkeluarga, “Bakal tetep ada waktu untuk keluarga disaat sedang menempuh studi. Apalagi saat udah lulus,” tukas dr. Fitri.
Prospek Cerah?
Siapa yang ngga pernah “main” ke dokter kulit? Mulai dari masalah alergi, masalah kecantikan, infeksi, dan sebagaimacamnya. Pasti langsung berkunjung ke spesialis kulit. Mau gimana lagi, pasti lesinya kelihatan kan? Dokter spesialis KK juga termasuk dokter yang tidak sulit ditemukan baik di kota besar maupun kota kecil.
Selain bekerja di RS, praktek pribadi, seorang dokter spesialis DV bisa juga bekerja di klinik bahkan klinik khusus kecantikan. Menurut dr. Fitri, perkembangan teknologi juga membantu perkembangan keilmuan di bidang DV, misalnya penggunaan laser yang makin berkembang saat ini. Selain bekerja secara klinis, seorang ahli DV juga bisa menempatkan dirinya sebagai seorang dosen dan peneliti. “Kalau mau lebih explore lagi, sebenarnya kita bisa bergabung sama NGO misalnya yang sekarang banyak mungkin hiv and std related, atau leprosy atau ya jadi aktivis, terjun langsung ke masyarakat terutama buat penyakit endemis seperti kusta,” tambah dr. Uki.
Tapi….
Untuk temen-temen yang berminat dengan DV, terutema di UB, dr. Fitri berpesan untuk mempersiapkan materi TPA, TOEFL, dan menguasai materi kulit, terutama yang termasuk kompentensi 4, “Di UB ada 3 tahap, pertama administrasi, bila lulus lanjut tahap 2: TPA, toefl, psikotes, jika lulus lanjut tahap 3: wawancara dan tes tulis. Tes tulis ada 3 tipe soal, english, essay dan jawaban pendek dan menurut saya ini susah” jelasnya. Meskipun begitu, dr. Fitri yakin jika kita menyiapkan dengan baik, dan bisa menjawab pertanyaan, maka peluang kita juga bagus. Jangan lupa, untuk center UB harus memiliki pengalaman kerja min 1 tahun. Sisanya, banyak berdoa dan siapkan mental, “karena meski dipandang lebih santai, tapi tetep namanya ppds tetep “berat”” kata dr. Fitri.
“Ilmu DV itu sangat luas: mulai dari alergi-imunologi, infeksi tropik, geriatri, pediatri, dermatopatologi, onkologi-bedah, IMS, dan kosmetik itu sendiri. Intinya kalau yang mau lanjut jadi ppds DV, tentu harus belajar,” kata dr. Uki. Untuk menjadi PPDS DV, dr. Uki berpesan untuk bener-bener memastikan bahwa memang benar DV adalah prodi yang kita mau, supaya bisa menjalaninya tanpa terasa menjadi beban, “Jangan karena ikut-ikutan, apalagi cuma pengen kelihatan keren dan terpaksa. Semangat!” ujarnya.
Untuk para calon PPDS DV, harus hati-hati juga. Karena ada beberapa center yang tidak menyukai calon yang sebelumnya pernah bekerja di klinik kecantikan, “Alasannya yang aku denger sih karena mereka ngga mau ppds ini dari awal sudah terkota-kotak tujuannya adalah untuk belajar kosmetik” ujar dr. Uki. Hal ini juga diperkuat oleh dr. Fitri, “Mungkin karena dokter kecantikan kebanyakan, tapi tidak semua mungkin ya, bekerja melebihi kompetensi, nah ini mungkin yang kurang sesuai”.
Terakhir, jangan lupa baca juga penuturan dr. Fitri di blog pribadi beliau, tentang segala macam hal berkaitan dengan DV. Cek disini yaaa https://dermatostory.wordpress.com/2018/11/30/tips-masuk-ppds-dermatovenerology/
Jadi, apakah kamu sudah siap menjadi PPDS DV?