Mengapa memilih residensi di luar negeri?

Pada hari Rabu, 24 Mei 2023 yang lalu, Career Development Center FK Universitas Indonesia (CDC FKUI) menggelar sebuah forum sharing yang bertajuk “Menjadi Residen di Luar Negeri” dengan mengundang 3 narasumber yang menjalani residensi-nya di Amerika dan di Jerman. Lalu, apakah yang menjadi alasan para dokter ini memilih residensi di luar negeri ya?
Ada dr. Medha Satyarengga, Endocrinologist di US, dr. Liga Yusivirazi, Emergency Medicine Specialist di US, dan dr. Andreas Winarno, dokter spesialis Obgyn dari Jerman yang memaparkan alasan dan pengalamannya dalam menempuh pendidikan di luar negeri.
Jadi, apa saja yang menjadi alasan bagi mereka menempuh pendidikan spesialisasi di luar negeri?
Daftar isi
Mencari Spesialisasi yang Tidak Ada di Indonesia
Menurut dr. Liga, pengalamannya menangani banyak kasus gawat darurat ketika PTT di Papua kala itu menyebabkan dirinya tertarik dengan emergency medicine (EM). Dirinya bahkan pernah bergabung dalam Medicine Sans Frontiers (Doctors without Borders) untuk menambah pengalamannya.
Sayangnya, ketika dirinya ingin memperdalam keilmuan EM tersebut melalui pendidikan spesialisasi pada tahun 2011, masih belum ada program spesialisasi EM yang jelas kala itu. Bahkan, di wilayah Asia Tenggara, hanya ada satu center saja, di Singapura. Walaupun saat ini, di Malaysia pun sudah memiliki center pendidikan spesialisasi EM.
Karena spesialisasi dan keilmuan yang masih sangat jarang tersebut di kala itu, dr. Liga akhirnya memilih untuk mendalami EM di negara di mana sudah sangat established keilmuannya, yaitu di Amerika.
Meskipun proses untuk dapat menjadi residen EM sangat rumit di Amerika dan mengharuskan dr. Liga untuk mengambil spesialisasi internal medicine terlebih dahulu demi mendapatkan green card yang menjadi syarat residensi EM di Amerika.
Dengan pengalamannya sebagai spesialis EM, saat ini dirinya juga membantu pengembangan kurikulum pendidikan emergency medicine di FKUI.
Menjadi Pioneer dalam Pengalaman dan Ilmu Pengetahuan
Berbeda dengan dokter Malaysia, Singapura, China, apalagi India yang merantau ke luar negeri untuk residensi, dokter di Indonesia yang menjalani residensi di luar negeri masih sangat jarang. Hal ini yang menjadi alasan filosofis bagi dr. Medha memilih melanjutkan pendidikan spesialisasinya di luar negeri.
Bahkan, di dalam angkatannya sendiri, tidak banyak dokter yang memilih untuk melanjutkan spesialisasi di luar negeri. Sehingga pilihan yang diambil dr. Medha dapat memberikannya pengalaman baru yang tidak dimiliki oleh orang lain. Kini, dirinya dapat membantu dokter-dokter Indonesia lainnya untuk menggapai mimpi mereka melanjutkan residensi di Amerika berdasarkan pengalamannya.
Dengan menjalani pendidikan di negara maju dengan teknologi yang maju, seorang dokter juga dapat menjadi pioneer di bidang teknik dan teknologi kedokteran. Sehingga dokter tersebut dapat menjadi agen transfer of knowledge sekembalinya di Indonesia.
Mengikuti istri/suami
Bagi sebagian orang, termasuk dr. Medha dan dr. Andreas, kadang kondisi yang ada bisa menjadi sebuah dorongan untuk mengembangkan karir. Dirinya semakin mantab untuk melanjutkan spesialisasi sebab pasangan mereka juga menempuh jalur pendidikan yang tidak sebentar di Amerika/di Jerman.
Tidak hanya dr. Medha dan dr. Andreas, banyak pelajar Indonesia yang belajar di luar negeri awalnya didasari oleh keinginan untuk “menemani istri/suami” yang lebih dahulu ditugaskan untuk belajar di luar negeri. Sebab, memiliki supporter dan status residensi yang legal di negara tujuan dapat mempermudah kita untuk melanjutkan pendidikan di negara tersebut, baik di tingkat S2/S3/spesialisasi/subspesialisasi.
Meskipun terdengar sepele, tapi sebenernya banyak benefit yang didapatkan dengan melanjutkan sekolah sambil membersamai pasangan.
Penghidupan yang lebih baik
Meski tidak disebut secara gamblang, namun baik di US maupun di Jerman, dokter yang menjalani pendidikan spesialisasi rata-rata memiliki kesejahteraan yang baik. Mereka menerima gaji yang besarannya cukup untuk kehidupan sehari-hari.
Selain mendapatkan gaji, mereka juga memiliki fasilitas lain seperti asuransi kesehatan, daycare, cuti, hingga tempat tinggal seperti yang ada di Jerman, yang sayangnya belum tentu bisa didapatkan di Indonesia.
Jadi, apakah kamu menemukan alasanmu memilih residensi ke luar negeri?
Buat yang ingin melanjutkan PPDS di luar negeri, tapi ingin di negara ASEAN, jangan lupa ikut event kami Seri Diskusi dan Ngobrol Bareng seputar PPDS di Luar Negeri dengan narasumber PPDS di Malaysia dan Filipina! Yuk baca info lengkapnya di link ini!
