#maujadippds Bedah Plastik: beyond aesthetic
Ada yang kepingin jadi PPDS Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik (BP-RE)? Bukan cuma tentang aestetik aja lho, ternyata bedah plastik juga punya sisi yang menarik. Yuk kita cari tahu dulu:
- Ada 5 center pendidikan Bedah Plastik di Indonesia: UNSYIAH, UI, UNPAD, UNAIR dan UNUD (Cek di sini)
- Lama pendidikannya 9-10 semester (Cek di sini)
- Biaya pendidikan: SPP 10-24,5 juta, dengan SPP terendah di UNSYIAH dan UNAIR, dan yang tertinggi di UNPAD. Dengan sumbangan mencapai 40 juta (UNAIR). Terendah di UI dan UNPAD (25). UNUD kami tidak mendapat informasinya.
Daftar isi
Kenapa prodi Bedah Plastik?
“BP bisa membantu memperbaiki ketidaksempurnaan pada manusia, baik itu karena trauma, kelainan kongenital, ataupun estetik” begitu pendapat dr. Berna, PPDS UNAIR.
Baginya, menjadi spesialis BP-RE membantunya untuk bisa menolong orang dengan kekurangan masing-masing menjadi mendekati sempurna, “karena kesempurnaan hanya milik Tuhan semata” tambahnya.
BP-RE ternyata juga tidak hanya sekedar estetik seperti yang banyak orang bayangkan. Menurut dr. Arif Tri P, Sp.BP-RE, staf muda BP UNPAD, tindakan BP-RE tidak hanya memperbaiki secara anatomis, tetapi juga secara psikis.
“Karena kecatatan tersebut bisa membuat pasien menjadi rendah diri. Dengan sentuhan Bedah Plastik, tidak hanya tampilan pasien menjadi lebih normal, psikis pasien dan keluarga akan terobati, contohnya rekonstruksi pada pasien Bibir Sumbing dan Langit – langit” jelas dr. Arif.
Selain itu Bedah Plastik juga salah satu bidang ilmu yang sangat holistik dalam mengobati pasien. “Jika Bedah Plastik hanya memikirkan lukanya saja, luka tidak akan sembuh. Butuh evaluasi secara menyeluruh, baik dari segi monitoring pengobatan penyakit utama, laboratorium, nutrisi, kebutuhan cairan, dan support keluarga, misalnya pada kasus ulkus diabetes atau ulkus diabetik” jelas dr. Arif.
Yang pasti, hasil pekerjaan Bedah Plastik sangat tampak oleh indra penglihatan, sehingga akan memberikan kebahagiaan tersendiri pada dokter dan pasien.
Apakah Bedah Plastik sekarang trendnya cenderung estetik?
Diakui dr. Arif, bahwa seluruh tindakan bedah plastik seperti yang ada di Korea Selatan bisa dikerjakan di Indonesia oleh ahli bedah plastik di Indonesia. “Saat ini sudah banyak pasien yang meminta untuk operasi terutama estetik seperti yang dilakukan di Korea”.
Walaupun jumlahnya tidak sebanyak di Korea ataupun USA, “Karena secara kultur dan budaya di luar lebih terbuka, sementara mayoritas masyarakat Indonesia berpandangan untuk tidak mengganti ciptaan Tuhan atas kemauan sendiri, kecuali karena trauma atau cacat bawaan” ujar dr. Berna.
Bagaimana prospek ke depan?
“Hingga saat ini tidak ada kewajiban kerja di daerah setelah pendidikan,” jelas dr. Arif, “tetapi diharapkan lulusan dapat mengisi RSUD ataupun RSU yang menerima BPJS”.
“BP-RE bisa di daerah dan juga di kota besar, karena pekerjaannya meliputi rekonstruksi misalnya trauma maxilofacial, luka bakar, kelainan kongenital, maupun estetik” ungkap dr. Berna.
Selain di RS, tentu saja SpBP-RE dapat bekerja sebagai dosen pendidik klinis di pusat pendidikan, “karena banyak lulusan dokter umum yang ternyata tidak mendapatkan ilmu bedah plastik saat kepaniteraan klinik maupun saat pendidikan sarjana” ujar dr. Arif.
Selain itu dengan berkembangnya ilmu degeneratif dan stem cell, para SpBP-RE dapat menjadi peneliti dibidang stem cell dan juga kultur jaringan.
Adakah tips & trick untuk masuk Bedah Plastik?
Sama seperti mau masuk ke prodi apapun, baik dr. Berna dan dr. Arif berpesan untuk siapkan mental, hati, dan keihklasan, “Tidak ada satupun prodi yang mudah, pasti semua ada kesulitannya, tapi jika dijalani dengan ikhlas, semua akan lancar-lancar saja” ungkap dr. Arif.
Memiliki kemampuan gambar yang baik ternyata juga penting, “karena harus terbiasa dengan menggambar dalam memvisualisasikan sesuatu. Desain operasi juga penuh dengan gambar dan imajinasi, seperti flap apa yang harus digunakan untuk menutup defek, seberapa besar flap tersebut, hal itu harus terencana dengan baik” jelas dr. Arif.
“Yang jelas baca buku dan jurnal tentang BP, berlatih menggambar dan basic suturing skill,” dr. Berna menambahkan. Selain itu, mengikuti seminar terkait BP juga penting. Sehingga kita dapat memperlihatkan kalau memang minat dan tertarik dengan bidang ini saat ujian.
Menurut dr. Arif, buku yang harus dikuasai secara umum adalah Buku Grabb and Smith edisi 8 yang terbaru. Buku – buku berbahasa Indonesia dari beberapa center pendidikan juga bisa menjadi acuan dalam belajar.
Dan dr. Berna juga menambahkan untuk ikut magang jika ada kesempatan, karena magang bukan merupakan keharusan. dr. Berna sendiri lebih banyak berinteraksi dengan spesialis BP justru dari rumah sakit tempatnya internship dan bekerja setelah internship. “Dari situ saya bisa sharing tentang BP” jelasnya.
Gimana? Tertarik jadi the next BP-RE?