Dokter WAJIB Melek Finansial! Ambil sertifikasi financial planner? Why not

dokter finansial

Siapa bilang dokter cuma bisa dapet uang dari praktek? Dokter juga bisa menambah pundi-pundi-nya dari pengaturan finansial yang baik. Gimana caranya supaya ngerti finansial? Ya belajar! Seperti dr. Yudhistya Ksyatria, Sp.OG, CFP yang menyempatkan untuk mengambil sertifikasi financial planner (CFP) di Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada tahun 2014 silam di tengah-tengah profesinya sebagai seorang dokter spesialis Obgyn.

Bagaimana awal ceritanya?

Usut punya usut, awal mula dr. Yudhistya berkecimpung di dunia finansial karena didasari pengalaman pribadinya, dimana ia sering mendengar keluhan dokter senior yang masih harus bekerja keras layaknya dokter muda untuk memenuhi kebutuhan finansial meskipun usia sudah lanjut.

Ada pula dokter yang sudah lama bekerja dan membesarkan suatu RS, namun kemudian tidak dipekerjakan karena usia yang sudah tua. “Artinya, dokter ini memang ketika masih aktif pendapatannya lumayan, namun bagaimana jika sudah tidak aktif? Banyak (dokter) yang lupa menyusun plan di masa tua. Sampai usia berapa kita harus terus bekerja keras?” ujar dr. Yudhistya.

Terlebih lagi, sebagai dokter kita sendiri sering lupa bahwa usia tidak ada yang tahu, “usia bisa saja ternyata pendek, bagaimana jika kemudian kita meninggalkan keluarga dalam keadaan sulit?” tambahnya.

Berangkat dari pertanyaan demikianlah kemudian dr. Yudhistya menyadari bahwa kemampuan pengelolaan finansial adalah salah satu hal yang penting bagi seorang dokter sekalipun.

Bagaimana caranya mengambil sertifikasi financial planner?

Dr. Yudhistya pun tidak melewatkan kesempatan. Beliau memanfaatkan waktu tunggu sejak lulus spesialis Obgyn hingga terbit STR untuk mengambil sertifikasi CFP.

“Proses sertifikasi CFP sendiri memakan waktu kira-kira 3 bulan,” dr. Yudhistya menjelaskan, “ada perkuliahan, di tengah perkuliahan ada semacam kuis atau tes per bab, kemudian ditutup dengan ujian”. Proses studinya sendiri diakuinya “enak”, “karena dosennya enak, materinya enak,” ungkapnya.

Baca juga  6 Alasan Paling Populer Dokter Melanjutkan ke PPDS

Tak bisa dipungkiri melihat banyaknya para lulusan teknik yang kemudian berpindah mempelajari ekonomi, “karena effort-nya mirip atau malah lebih ringan, tapi mempelajari ekonomi memberi imbal hasil yang memuaskan. Misalnya, dengan membuat satu kali financial plan, kita dapat memperoleh imbal 1 juta rupiah” dr. Yudhistya menjelaskan. 

Apa keuntungan sertifikasi financial planner?

Diakuinya, dengan mengambil sertifikasi demikian seseorang dapat membuka praktek financial planner, meskipun dr. Yudhistya memilih untuk tidak berpraktek financial planner, dan lebih banyak menulis dan mengisi webinar seputar finansial. Bagi dr. Yudhistya, dokter memang sebaiknya melek finansial.

Untuk temen-temen yang ingin lebih melek finansial, dr. Yudhistya berpesan, “untuk diri sendiri, pengetahuan ekonomi personal itu bisa dipelajari sendiri atau dengan mengikuti seminar atau webinar pembicara finansial. Kalau ingin memperdalam tentang keuangan personal, boleh juga ikut CFP”.

Selain CFP (financial planner,) ada juga CFA (Chartered Financial Analyst). Bahkan, dengan mengambil sertifikasi CFP, kita bisa membuka peluang dengan membuka Firma Financial Planner khusus untuk dokter. 

Kalau mau meningkatkan pendapatan, bisa ikut CFA sekalian (chartered financial analyst) jadi Manajer Investasi, pendapatan bisa 20-100 juta sebulan. 

Kalau kamu, tertarik dengan finansial?

Kisah dr. Yudhistya Ksyatria, Sp.OG, CFP (Instagram @yudhistya @docvestor.id/ Quora ID Yudhistya Ksyatria)

2 thoughts on “Dokter WAJIB Melek Finansial! Ambil sertifikasi financial planner? Why not

    1. Berdasarkan pengalaman dr. Yudhistya, memang harus mengikuti program sertifikasi dan ikut ujiannya. Tapi untuk bisa mendaftar program tersebut ada syarat-syarat yg harus dipenuhi juga. Bisa langsung cek aja di lembaga-lembaga yang menyediakan sertifikasi CFP.

Leave a Reply