#maujadippds: IKFR! Karena quality of life, matters!
Ada yang pingin jadi spesialis Rehab Medik alias jadi PPDS Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (IKFR)? Yuk sekarang kita bahas, supaya makin mengenal prodi PPDS ini!
• Tercatat saat ini ada 6 center prodi IKFR se-Indonesia! Ada di UNSRAT, UI, UNDIP, UNPAD, UNAIR dan UB. Prodi IKFR baru rencananya juga akan segera dibuka di UNHAS dan UGM.
• Lama Studi: 8 semester (UI, UNAIR, UB dan UNDIP) serta 9 semester (UNPAD), selain itu, kami belum mendapat informasinya.
• Biaya Studi: SPP tertinggi 15 juta (UI) dan terendah 9 juta (UB) sementara sumbangan tertinggi 50 juta (UB) dan terendah 15 juta (UNDIP&UNPAD). UNSRAT kami belum mendapat informasinya.
Kenapa prodi IKFR?
Salah satu alasan bagi dr. Ajeng Hayu Nayasista, PPDS UNAIR, memilih prodi ini adalah karena perannya yang menarik, “banyak pasien mendapat penanganan medikasi dan operasi, namun bagaimana dia bisa kembali beraktivitas dan berfungsi di masyarakat setelahnya, disitulah peran KFR. Karena tidak semua tenaga medis memiliki andil di fase tersebut” jelas dokter yang akrab dipanggil dr. Naya.
Bagi dr. Naya, IKFR tidak sama dengan fisioterapi, karena IKFR bukan hanya menangani gangguan muskuloskeletal saja, tetapi gangguan fungsi tubuh lainnya termasuk terapi wicara, terapi okupasi, sampai ke psikologis juga. Bahkan, orang sehat pun dapat berkonsultasi ke dokter IKFR jika mau lebih bugar.
Alasan yang berbeda diungkapkan oleh dr. Virginia Ainurridlo N, PPDS UB, yang terjun dalam prodi ini, karena di prodi ini dokter melihat pasien tidak hanya berdasarkan penyakitnya tetapi juga dari fungsinya, “misalnya ada kesulitan-kesulitan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-harinya, aktivitas sosial, dan bahkan hingga hobi, maka dengan bantuan dari tim rehab lainnya kita akan carikan solusinya, sehingga dengan keterbatasan yang mereka miliki, mereka masih bisa beraktifitas mandiri”. Bagi dr. Virginia di prodi IKFR kita bisa memperlakukan pasien sebagai manusia seutuhnya.
Prospek?
Seorang spesialis IKFR ternyata dapat bekerja di berbagai tempat, misalnya di RS, mulai dari tipe A, B, C, dan bisa juga melakukan praktek bersama tim (fisioterapis, terapis wicara, terapis okupasi, orthotis prosthetis, psikolog, ahli gizi dan pekerja sosial).
“Di era B*J*, hampir semua spesialisasi membutuhkan penanganan KFR dalam pemulihan, namun jumlah dokter KFR masih terbatas di P. Jawa maupun luar Jawa” tambah dr. Naya. Hal ini juga ditegaskan oleh dr. Virginia, “Di Indonesia , spesialis KFR masih kurang, terutama di daerah-daerah kabupaten. Insyaallah prospek kedepannya sangat bagus.”
Selain itu, dari sisi keilmuan, IKFR masih terus berkembang, terutama mengenai pain intervention. Untuk teman-teman yang ingin menjadi staf pengajar, saat ini banyak dibangun prodi baru IKFR di beberapa universitas negeri, seperti di UNS, sehingga akan ada banyak peluang baru.
Tapi….
Nah, yang ingin masuk prodi ini, dr. Naya punya beberapa pesan, yang pertama pentingnya menguasai ilmu neuroanatomi dan kinesiologi, yang kedua siapkan visi misi yang menarik bagi penguji ketika tes wawancara.
dr. Virginia juga menambahkan bagi para calon PPDS IKFR untuk rajin ikut seminar-seminar di bidang IKFR, belajar dengan giat terutama anatomi dan fisiologi, serta memiliki minat, niat dan tekad yang kuat. Baik dr. Virgina dan dr. Naya sepakat bahwa PNS daerah dan pemegang beasiswa akan lebih diutamakan dalam penerimaan.
Yuk, mau jadi PPDS IKFR?