#maujadippds: Bedah ANAK! Yang jarang dan dibutuhkan!
Sekarang kita akan masuk ke prodi bedah. Kita akan mulai dari prodi yang masih jarang. Ada 2 prodi bedah yang masih “langka”, salah satunya adalah PPDS Bedah ANAK! Mau tau seberapa jarang dan seberapa unik prodi bedah anak? Yuk mari disimak!
• Hanya ada 3 center PPDS Bedah Anak: UGM, UNAIR, dan UNPAD. Cek tabelnya disini.
• Lama Studi 10 semester (UGM dan UNPAD) dan 12 semester (UNAIR)
• Biaya Studi: SPP 10 (UNAIR), 15 (UGM), 24,5jt (UNPAD) /semester dengan sumbangan cukup 25 juta saja. Kecuali UGM yang menggunakan system UKT.
Kenapa prodi bedah anak?
Di beberapa negara maju, program studi bedah anak sudah sangat berkembang, sementara di Indonesia, kiprahnya masih belum terlalu besar. Hal ini lah yang menimbulkan ketertarikan buat dr. Robin Perdana Saputra, PPDS UGM, yang memilih menjadi bagian dari bedah anak. “70% kasus adalah kelainan bawaan. Kadang saya berfikir kasus bayi meninggal bisa saja karena tidak adanya dokter bedah anak di daerah tersebut sehingga menyebabkan lambat tertangani,” jelas dr. Robin. Hal ini juga diamini oleh dr. N. Wisnu Sutarja, PPDS UNAIR, “rasanya kasihan melihat anak-anak yang butuh tindakan bedah, tapi tidak bisa karena spesialisasinya yang masih jarang”.
Selain itu, menurut dr. Robin, kasus dalam lingkup bedah anak umumnya menantang dan rumit, tetapi sebenernya ada jalan keluarnya, sehingga dr. Robin percaya kehadiran dokter bedah anak dapat menjadi jawaban dari kasus bedah anak yang lambat tertangani. Untuk temen-temen yang suka kasus menantang dan rumit, apalagi suka dengan anak-anak seperti dr. Wisnu, maka spesialisasi bedah anak bisa menjadi pilihan.
dr. Fransiska Kusumowidagdo, Sp.BA, staf Bedah Anah FK UNAIR yang akrab di panggil dr. Sisca, melalui wawancaranya dengan dr. Decsa melalui akun ig @dokterdecsa pun mengiyakan bahwa tantangan di bidang bedah anak ini besar, selain karena jumlah pasien yang banyak, juga macam kasus, tantangan serta tantangannya untuk melakukan yang terbaik, sebab penanganan yang tidak optimal akan membawa sequelae atau gejala sisa.
Prospek Cerah?
Sampai dengan tahun 2019 total dokter spesialis anak yang masih aktif seluruh Indonesia ternyata hanya 110 dokter spesialis bedah anak, “hampir setengah nya ada di pulau jawa, itupun tidak semua Kabupaten dijawa ada dokter bedah anaknya,” jelas dr. Robin, sehingga spesialisasi ini masih sangat dibutuhkan.
Apalagi, semua anak-anak usia dibawah 17 tahun selain kasus orthopedi dan bedah saraf adalah ranah dokter spesialis bedah anak! Kebayang kan banyaknya?
Walaupun kasus bedah anak seringkali terkesan memerlukan alat-alat khusus dan lebih sulit untuk survive di daerah, nyatanya kendala seperti ini bisa diatasi dengan koordinasi yang baik antar spesialisasi. Selama ada alat-alat, spesialis anestesi dan spesialis anak yang mendukung, maka di daerah pun dokter bedah anak tetap bisa bekerja.
Selain itu, keberadaan dokter bedah akan melengkapi spesialis anak dan spesialis kandungan. Karena kasus kelainan kongenital bisa di ketahui dengan mudah melalui prenatal care atau NAC yg baik. Menurut dr. Robin, dokter bedah anak dan spesialis anak ibarat sodara kandung karena saling melengkapi, “karena kasus-kasus bedah anak sering kali ditemukan oleh sejawat IKA lebih dulu baru dirujuk ke Bedah Anak”.
Salah satu prospek yang diungkapkan dr. Sisca adalah fetal surgery. Meskipun belum ada di Indonesia, tetapi kemungkinan pengembangan kearah sana sangat besar. Untuk saat ini, dokter bedah anak bisa bekerja di rumah sakit manapun, selama ada fasilitas seperti PICU atau NICU. Termasuk di daerah. Selain itu, di era B**S, ternyata banyak kasus bedah anak ditanggung lho! Jadi jangan khawatir!
Tapi….
Kalau mau masuk bedah anak, temen-temen harus bener-bener persiapan, termasuk mempersiapkan persyaratan pendaftaran. Karena penerimaan PPDS bedah anak cukup sedikit, hanya 1-6 orang aja di tiap center pendidikan, karena jumlah pengajarnya yang masih terbatas, maka penerimaan tidak bisa lebih banyak, demi menjaga kualitas dan aturan dari kolegium.
Nah, salah satu persiapan pentingnya adalah mempersiapkan surat rekomendasi daerah, “karena ini penting” kata dr. Robin. Selain itu, sebagai dokter bedah anak, harus mau belajar kasus-kasus bedah. “Dan paling penting, jaga attitude” tambahnya.
Dokter spesialis bedah anak yang baik harus ramah, karena pasiennya adalah anak-anak, “Menjelaskan teknik dan diagnosis harus dua arah, ke anak sendiri dan orang tua tentunya,” jelas dr. Robin. Selain ramah, dokter bedah anak juga dituntut harus memiliki kesabaran lebih, tambah dr. Wisnu.
Menurut dr. Sisca yang sebelumnya menjalani Pendidikan di UNPAD mengungkapkan bahwa fresh graduate bisa langsung melanjutkan ke prodi PPDS Bedah Anak lho. Untuk yang ingin masuk PPDS, dr. Sisca menyarankan untuk ikut magang, misalnya di center Surabaya.
So, do you have what it takes to be one?