#maujadippds: SARAF! The evergreen favorite!
Siapa yang kepingin jadi spesialis saraf?? Mari merapat kemari! Kita bakal bahas sekelebat bayangan tentang PPDS Neuro bersama dua orang PPDS neuro!
Tapi, sebelum itu, kita bakal kasih beberapa fakta yang patut diketahui sebelum masuk prodi ini nih:
• Ada 14 Center PPDS yang punya Prodi Neurologi Dari semua center PPDS yang ada di Indonesia, ternyata cuma UNRI dan UNLAM aja yang belum membuka prodi ini. Jadi peluangnya cukup besar. Cek tabelnya disini.
• Lama Studi 8 semester. Sejauh mata mimin memandang, belum ada yang mencantumkan keterangan lebih dari 8 semester. Kecuali kalo molor sih….
• Biaya Studi: SPP start from 6jt/semester dengan sumbangan termahal 65 juta. SPP termurah ada di UNS (6), diikuti UB, UNAIR, dan UNSYIAH (10), sementara center lain di kisaran 12,5-15 juta. Tertinggi ada di UB (65) dan UNS (52), sementara termurah ada di UNPAD dan UNDIP (15). Sisanya ada dikisaran 25-35 juta, kecuali UGM dan UNUD yang menggunakan system UKT dan USU dengan system DKA
Kenapa prodi neurologi?
“Saraf itu unik, ngga melulu tentang stroke dan otak” kata dr. Nurotus Saniyah, atau yang akrab dipanggil dr.Nia, PPDS UNS. Ketika anggota badan tidak bisa digerakkan, tentu saja orang-orang akan langsung berpikir untuk periksa ke dokter saraf tentunya. Selain itu, dokter neurologi juga dituntut untuk bisa berpikir dengan logika, yang mana butuh belajar dan latihan analisis terus-terusan. Hal ini yang menjadi ketertarikan dari dr. Nia.
Sementara dr. Ellisa Dwijayanti, PPDS UNAIR, memiliki alasan yang berbeda. Menurut dr. Ellisa, dengan mempelajari ilmu neurologi kita dapat mempelajari tentang degenerasi saraf yang itu akan bermanfaat ketika nanti kita merawat orang tua kita yang sudah tua, “karena orang pasti akan tua. Jadi ilmunya bisa sekalian untuk menjaga orangtua,” jelas dr. Ellisa. Selain itu, dr. Ellisa merasa bahwa emergensi di bidang ilmu neurologi tidak seberat bidang lain. Lingkungannya juga relative nyaman.
Prospek Cerah?
“Saat ini masih banyak RS besar di daerah yang belum ada spesialis neurologi,” jelas dr. Nia. Padahal pasien neurologi di daerah tidak bisa dibilang sedikit. Bahkan banyak dari mereka butuh perawatan berkelanjutan. Sementara menurut dr. Ellisa, spesialis neurologi ini memiliki prospek yang bagus karena spesialis neurologi dapat membuka praktek sendiri di manapun. Selain itu, spesialis neurologi juga dapat bekerja sebagai konsultan di laboratorium klinik yang menyediakan pemeriksaan seperti EMG dan EEG misalnya, meskipun untuk bisa “ahli” di bidang EMG dan EEG ini, diperlukan pelatihan khusus.
Tidak hanya itu, perkembangan ilmu penyakit neurologi juga cukup pesat lho. Sekarang teknologi seperti Digital Substraction Angiography dan transcranial doppler juga sudah mulai dilakukan untuk melihat anatomi dan aliran darah di otak pada pasien curiga stenosis intracranial, AVM, atau aneurisma. Saat ini transmagnetic stimulation juga sudah mulai diperkenalkan misalnya untuk terapi post-stroke, Parkinson, dan masih banyak hal yang bisa dieksplor, yang artinya memiliki prospek cerah kedepannya. dr. Ellisa juga menambahkan, tindakan intervensi seperti coiling dan embolisasipun bisa dilakukan oleh seorang spesialis neurologi. Dokter spesialis neurologi pun memiliki peran penting mendampingi dokter bedah neurologi atau bedah orthopaedi, misalnya dengan melakukan intraoperative monitoring neurophysiology. Makin seru kan?
Tapi….
Nah, untuk temen-temen yang sekarang pingin jadi spesialis neurologi, dr. Elisa berpesan untuk benar-benar memaksimalkan tes-tes dasar seperti TPA, TOEFL, dan psikotes, “Karena tes wawancara dan tes soal-nya ngga bisa diprediksi”. Untuk ujian wawancara, dr. Ellisa mengingatkan untuk selalu menjaga sopan santun dan menjawab sesuai dengan pertanyaan, “jangan ngalor-ngidul” paparnya.
Selain itu, dr. Nia juga menambahkan, “siapkan fisik, mental dan juga hati. Kadang kita merasa sudah siap, tapi ternyata sewaktu dijalani bisa kaget”. Proses Pendidikan spesialis neurologi bisa dibilang tidak mudah, sehingga dr, Nia senantiasa mengingatkan temen-temen untuk tidak lupa dengan perjuangan dan tujuan awal kita masuk ke dalam PPDS, “Tetap semangat buat yang masih persiapan PPDS juga yang masih PPDS”, tambahnya.
Jadi, sudah mau daftar spesialis neurologi?