#maujadippds: Mikrobiologi Klinik! Apa yang perlu diketahui?
Yuk sekarang kita kenalan dengan salah satu prodi minor, Mikrobiologi Klinik! Walaupun termasuk prodi minor, tapi prodi ini juga punya beberapa poin menarik yang bisa dilirik. Yuk coba kita cek:
- Hingga saat ini, tercatat ada 7 center dengan prodi Mikrobiologi Klinik (MK), antara lain UNHAS, UI, UNDIP, UGM, UNAIR, UB, dan UNUD.
- Lama pendidikannya 6-8 semester. Terpendek yang kami ketahui adalah UNDIP (6), diikuti UGM dan UNAIR (7), dan UI (8). Sementara UNHAS dan UNUD belum kami dapatkan infonya
- Biaya pendidikan: SPP antara 9-18 juta sementara sumbangan berkisar antara 15-28 juta. SPP terendah ada di UGM (9) dengan yang tertinggi di UNUD (18). Sumbangan terendah di UNDIP dan UNAIR (15) dan tertinggi di UB (28+). Sementara UGM menggunakan sistem UKT, sedangkan UNHAS informasinya belum kami dapatkan
Kenapa prodi Mikrobiologi Klinik?
Ternyata, buat temen-temen yang menyukai ilmu biomolekular, MK adalah prodi yang cocok! Begitulah yang diungkapkan dr. Lidya Handayani, Sp. MK. Berangkat dari saran kolega, dokter yang akrab disapa dr. Lidya ini akhirnya terjun ke prodi MK. “Menurut atasan saya dulu, belajar mikrobiologi nanti akan banyak bersinggungan dengan bidang biomolekuler,” jelasnya. Dari alasan inilah, kemudian dr. Lidya benar-benar jatuh cinta dengan prodi ini. “Selain itu, saya ngga mau berhenti jadi dokter umum, tapi disatu sisi harus punya kemampuan lebih di bidang lain. Jadilah saya memilih MK yang relatif belum banyak ahlinya juga” jelas dr. Lidya.
Dr. Marta Setiabudi, M. Biomed (AAM), PPDS UNUD, juga mengungkapkan, seperti namanya, prodi MK ini menyatukan ilmu lab dan klinis plus seimbang antara praktek dan penelitian, “buat saya kerjanya tidak stressful dan tidak berbatas usia/fisik, proses penerimaan dan proses pendidikannya sendiri tidak diskriminatif,” ujarnya.
Prospek Cerah?
Menurut dr. Lidya, prospek kerja spMK ada berbagai macam, diantaranya di RS, misalnya sebagai pengelola lab mikro, atau dokter klinis yang merawat bersama pasien infeksi dengan TS lain, tim inti PPI dan PPRA juga. Bisa juga mengelola laboratorium swasta atau bahkan di industri. Selain itu, tentu saja menjadi dosen dan juga peneliti.
Apalagi sejak pandemi, dimana pemeriksaan PCR menjadi kebutuhan yg urgent dokter spesialis MK semakin dibutuhkan, membuat prospek spesialisasi yang belum banyak peminatnya ini semakin baik. “Banyak yang kurang berminat karena kurang paham kerjanya, padahal banyak dibutuhkan” jelas dr. Marta. Selain di laboratorium, RS, nyatanya dokter spesialis MK juga bisa bekerja di lab mikrobiologi pangan, bergerak di bidang travel medicine, hingga ke surveyor akreditasi.
Untuk yang kepingin jadi Sp.MK….
“Masuk PPDS MK ini relatif lebih mudah dibanding prodi lain, walaupun tetap ada yang nantinya gagal, karena ada kuotanya” jelas dr. Lidya, “ yang terpenting banyaklah bertanya kepada kakak kelas yang sudah menjadi PPDS di center tujuan kita”. Hal yang sama juga diutarakan dr. Marta. Selain memiliki minat terhadap ilmunya, aktif bertanya kepada senior, hal yang tidak kalah penting dalam pendaftaran adalah adanya, surat rekomendasi daerah/ rs, “akan lebih baik lagi kalau kita banyak diskusi dengan dosen mikro, menulis/ meneliti dan ikut simposium/ workshop untuk menambah daftar di CV” kata dr. Marta.
Ada yang tertarik bergabung di MK?