#maujadippds: Kedokteran PENERBANGAN! The Aviation!
Siapa yang masih belum kenal dengan spesialis kedokteran penerbangan? Yuk saatnya kita berkenalan dengan salah satu prodi kedokteran yang masih baru ini. Beberapa fakta tentang prodi ini antara lain:
Prodi Kedokteran Penerbangan (KP) eksklusif hanya ada di UI. Bahkan Dr. Wawan Mulyawan, Sp.BS(K), Sp.KP, FINAPS, ketua PERDOSPI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penerbangan Indonesia), menyatakan bahwa prodi kedokteran penerbangan adalah SATU-SATUnya di Asia.
Lama studi: 6 semester saja. Kedepannya akan menjadi 7 semester. Tapi inget, hanya ada satu kali penerimaan setiap tahunnya.
- Biaya studi: 14 juta/ semester dengan sumbangan 35 juta.
Daftar isi
Kenapa kedokteran penerbangan?
Dalam Webinar bertajuk “Menata Masa Depan dengan Pendidikan Kedokteran Penerbangan di Indonesia” melalui aplikasi Docquity, Marsma TNI dr. Djunadi, MS, Sp.KP menjelaskan mengenai prodi KP yang saat ini sudah memiliki 64 alumni.
Lingkungan fisik pada penerbangan yang tidak bisa diubah, faktor manusia yang tetap, adanya penyakit menular dan tidak menular, perubahan zona waktu, manajemen maskapai udara dan bandar udara serta adanya ancaman terorisme menjadi hal-hal dasar yang mendukung perlunya mempelajari kedokteran penerbangan. Sebab penyakit seperti jetlag, gangguan tidur, masalah di pernafasan, ginjal, THT, neurologi, psikiatri, masalah penyakit menular, hingga kecelakaan pesawat dapat timbul karena hal-hal dasar tersebut, “karena naik pesawat tidak sama dengan naik mobil,” tambah dr. Djunadi.
Apalagi saat ini jumlah penerbangan, aktivitas penerbangan termasuk skydivers, dan jumlah awak penerbangan yang semakin banyak, menjadikan kedokteran penerbangan semakin berkembang dan berpeluang di masa depan.
Dan, menurut dr. Amilya Agustina, Sp.KP, Indonesia sebagai negara kepulauan, merupakan salah satu negara dengan bandara tersibuk di dunia, dimana jumlah rute penerbangan terus bertambah setiap tahunnya yang melibatkan banyak komunitas, termasuk penumpang, awak kabin, petugas bandara, dan lainnya. Tidak hanya disektor pariwisata, tapi juga sektor lain, seperti jamaah haji yang kuotanya semakin meningkat tiap tahun.
Apa saja kompetensinya?
Menurut dr. Amilya, tujuan dari KP adalah untuk mendiagnosis dan mencegah respon fisiologis dan kondisi tertentu yang timbul karena perjalanan udara. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, kompetensi disusun sedemikian rupa seperti yang dijelaskan dr. Djunadi sebagai berikut:
- Mengelola rekomendasi dan disposisi aeromedis klinis untuk awak pesawat
- Menetapkan masalah dan faktor resiko yang berhubungan dengan penerbangan
- Menangani permasalahan medis penerbangan secara individual maupun kelompok (awak pesawat dan penumpang)
- Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran
- Mengembangkan sikap profesional dalam kedokteran penerbangan
- Memahami hukum yang berhubungan dengan kedokteran penerbangan di Indonesia dan Internasional
Kompetensi ini dituangkan dalam kurikulum yang mencakup etika kedokteran penerbangan, pengetahuan kedokteran keluarga dan komunitas, pengetahuan dasar, lanjutan, dan pengetahuan klinis (termasuk interna, kardio, pulmo, oftalmolog, THT, bedah, psikiatri, neurologi, dan forensik) dalam kedokteran penerbangan, pengelolaan dan ketrampilan evakuasi medis dan rekomendasi serta disposisi aeromedis.
Pendidikan KP dilakukan tidak hanya melalui kuliah dan residensi saja, tapi juga melalui serangkaian kegiatan seperti evakuasi medis, pelatihan helicopter underwater escape training atau pelatihan pada pendaratan darurat di air, pelatihan menyelam, dan sebagainya. Seru kan? Di luar negeri, KP termasuk dalam subspesialis kedokteran okupasi, kedokteran emergensi, atau kedokteran preventif, tapi di Indonesia, kita bisa langsung bergabung sebagai dokter KP. Tambah seru lagi kan?
Prospeknya?
Alumni KP, dapat bekerja di berbagai tempat seperti:
RS
- Kantor kesehatan pelabuhan
- Maskapai penerbangan
- Militer (AU, AD, AL)
Staf pendidik/ penelitian di Universitas (bisa di fakultas kedokteran atau di sekolah penerbang)
- Perusahaan evakuasi medis
- Kementrian Kesehatan
- Kementrian Perhubungan (atau bergabung di KNKT)
- Praktek Pribadi/klinik independen (dokter spesialis KP dapat mengeluarkan surat sertifikasi medis fit to fly untuk para penerbang)
Banyak kan? Selain itu, prodi KP sangat aktif di ranah penelitian, sehingga cocok untuk temen-temen yang senang meneliti, termasuk di ranah komunitas. Bahkan untuk melanjutkan ke jenjang S3, banyak universitas dan program-program terkait kedokteran penerbangan di luar negeri.
Kalau mau mendaftar?
Sama seperti prodi lain, dr. Amilya menjelaskan, mendaftar melalui SIMAK UI. Prodi KP sangat mempertimbangkan hasil tes TPA dan english proficiency test. Kemudian juga ada tes wawancara, tes psikiatri/psikologi, dan tes jurnal reading. Untuk tes tertulis, jangan terlalu khawatir, karena tidak ada pertanyaan yang spesifik, hanya pertanyaan yang umum tentang kedokteran penerbangan.
“Utamakan mendapat nilai tinggi pada tes utama SIMAK UI,” jelas dr. Amilya. Yang seru, untuk dapat bergabung di KP, tidak diperlukan sertifikasi apapun untuk dokter umum.
Pesan dr. Djunadi, “Bergabunglah dengan kedokteran penerbangan, dan lihatlah dunia. Saya bersyukur mengikuti pendidikan ini, dan bisa melihat dunia”.
Sumber: Webinar “Menata Masa Depan dengan Pendidikan Kedokteran Penerbangan di Indonesia” (Docquity).
Untuk daftar kedokteran penerbangan apakah ada ketentuan tinggi badan minimal?
Menurut persyaratan di PPDS penerbangan FKUI, tinggi badan minimal tidak disyaratkan. Lebih lengkap bisa cek di website FKUI https://penerimaan.ui.ac.id/period/requirement/2123