#maujadippds: Bedah SARAF! One of the favorite!

Ini dia salah satu prodi bedah yang terfavorit! Apalagi kalo bukan bedah saraf! Percaya ngga percaya, dari survey inisial tim #maujadiapanih, bedah saraf lumayan banyak favoritnya lho! Mau tau lebih lanjut? Simak disini
Informasi dasar seputar bedah saraf:
• Ada 8 center dengan prodi Bedah Saraf se-Indonesia! Ada di USU, UI, UNPAD, UNDIP, UGM, UNAIR, UNUD dan yang terbaru UNHAS (meskipun berdasarkan pengumuman penerimaan PPDS baru semester gasal 2020 tidak ada yang diterima utk prodi BS)
• Lama Studi 11 semester! Kecuali UNHAS, UNDIP dan UNUD tim kami tidak mendapatkan informasinya.
• Biaya Studi: SPP 10-24,5jt/semester dengan sumbangan terbesar 30 juta. SPP paling murah ada di UNAIR (10) dan UNDIP (12,5) sementara yang termahal ada di UNPAD (24,5). Untuk sumbangan termurah ada di UNDIP (15) dan termahal di UNAIR (30), sementara USU menggunakan DKA, UNHAS dan UNUD kami tidak mendapat informasinya.
Kenapa prodi bedah saraf?
Selain memiliki pengalaman pribadi di bidang bedah saraf, kemajuan teknologi di bidang bedah saraf lah yang membuat dr. Aditya Pradana, PPDS UNAIR, semakin tertarik mendalami bedah saraf. “Menurut saya personal, ilmu bedah saraf banyak membuat kita bersyukur dan berdzikir, karena sedikit gangguan pada fungsi saraf yang sedemikian kompleks itu, dapat mengganggu kehidupan, at least, quality of life” ujar dr. Adit.
Ternyata, menurut dr. Werdhi Sentosa, PPDS UNPAD, Sampai saat ini, ahli bedah saraf jumlahnya masih berkisar di 300an ahli saja lho, sehingga masih banyak dibutuhkan. Selain itu, melihat pasien yang awalnya datang dengan penurunan kesadaran, setelah dioperasi pasien menjadi sadar penuh, membuat dr. Werdhi semakin tertarik, “terlihat seperti keajaiban”. Apalagi jenis operasi di bidang bedah saraf yang terbilang menantang, seperti awake craniotomy dimana operasi pembedahan dilakukan dengan kondisi pasien sadar untuk memantau fungsi-fungsi saraf.
Prospek Cerah?
Salah satu motivasi yang mendorong dr. Adit mendalami bedah saraf adalah karena keinginannya mengabdi di daerah. Sampai saat ini, kebutuhan dokter bedah saraf masih tinggi, termasuk di daerah. Sayangnya, beberapa daerah masih belum memiliki sarana yang merata, seperti keberadaan pemeriksaan penunjang seperti CT scan, MRI, beberapa alat instrument, termasuk ventilator dan tenaga pendukung lainnya seperti perawat dan dokter anestesi.
Hal yang sama juga diutarakan oleh dr. Werdhi. Selama ada CT scan dan ketersediaan ICU di daerah, bukan tidak mungkin seorang dokter bedah saraf bekerja di daerah-daerah. Apalagi mengingat pasien yang membutuhkan perawatan dokter bedah saraf di daerah jumlahnya juga tidak bisa dibilang sedikit.
Tapi….
Untuk temen-temen yang berminat dengan bedah saraf, harus bersiap-siap, baik secara fisik, mental, ilmu, dan administrasi. “Seorang PPDS bedah saraf harus bisa bekerja dalam kondisi underpressure, hectic, tapi tetap berpikir dengan tenang, terlebih lagi bakal sering meninggalkan keluarga misalnya kalau ada panggilan dadakan. Jadi, mental keluarga juga harus disiapkan karena istri bisa saja tidak menjadi prioritas utama bagi seorang ppds bedah saraf” jelas dr. Adit. Persiapan fisik juga dibutuhkan, karena operasi bedah saraf yang biasanya berdurasi Panjang. Dari segi keilmuan, dr. Adit menyarankan untuk mempelajari neuroanatomi, manajemen trauma/cedera otak dan ilmu seputar bedah saraf. Seperti prodi lain, apabila ada publikasi atau pengalaman magang akan lebih baik. Sementara untuk persiapan administrasi salah satunya adalah surat rekomendasi tertulis tentang tempat mengabdi setelah lulus, “jangan berharap setelah lulus langsung bisa kerja di kota besar,” tambah dr. Adit.
Dr. Werdhi juga berpesan, untuk para peminat bedah saraf, jangan lupa belajar. Gunakan kesempatan untuk magang. Memiliki tempat Kembali setelah lulus juga penting. Akan lebih baik jika calon PPDS aktif mengikuti kegiatan ilmiah, bahkan hingga ke publikasi. Yang terakhir, cari tahu dulu segala sesuatu tentang center yang akan kita pilih.
Jadi, apakah kamu sudah siap menjadi PPDS Bedah Saraf???