Transisi karir non-klinis bagi dokter: bukan hal yang baru

Seorang dokter yang lulus kemudian bekerja sebagai dokter klinis adalah sesuatu yang wajar. Tetapi, dokter yang lulus kemudian melakukan transisi karir non-klinis bagi dokter itu bukanlah hal yang tidak wajar, bahkan umum terjadi di negara-negara maju.

Menjalani karir non-klinis bagi dokter bukan berarti hilang status-nya sebagai dokter. Karena ada beberapa lini pekerjaan di mana pengetahuan tentang kedokteran klinis maupun non klinis sangat dibutuhkan. Sayangnya, masih banyak yang belum menyadari sektor non-klinis ini.

Pilihan transisi karir non-klinis bagi dokter

Ada banyak sektor karir non-klinis yang mana pengalaman klinis dan ilmu kedokteran kita dapat bermanfaat. Misalnya sektor industri farmasi (pharmaceutical drug development and consulting), teknologi medis dan informatika, medical writer, asuransi dan manajemen kesehatan, public health agencies, menjadi pendidik kedokteran, pimpinan rumah sakit, hingga sektor yang sedang berkembang saat ini, sektor bio teknologi, enterpreneurship, dan start-up.

Namun, pilihan karir ini mungkin terdengar tidak populer di Indonesia, sebab mindset yang berkembang dalam kedokteran Indonesia masih berkutat seputar karir klinis dan kesejahteraan yang tidak merata di kalangan dokter non-spesialis. Padahal, sektor non-klinis tersebut masih bisa dikembangkan di Indonesia.

Mengapa ber transisi karir ke non-klinis?

Ada banyak alasan yang mendorong untuk bertransisi ke jalur non-klinis. Apalagi mengingat kerasnya pendidikan spesialisasi, biaya pendidikan yang cukup besar, peluang yang relatif kecil, dan kesejahteraan yang tidak terjamin pada klinisi yang bukan spesialis. Hal tersebut dapat mendorong dokter untuk pindah ke jalur non-klinis.

Baca juga  Melihat prospek S2 dalam karir dokter

Bagi dokter yang sudah berkeluarga, alasan lain seperti kebutuhan untuk mendampingi anak-anak, atau mendampingi orang tua yang sudah lanjut usia, atau alasan personal seperti kesehatan mental, juga dapat mendorong seorang dokter untuk meninggalkan pola kerja dokter klinisi yang cenderung demanding dengan beban kerja yang tinggi, yang cenderung menimbulkan burn out.

Penghasilan dokter klinis vs non-klinis

Menurut artikel yang ditulis dalam New England Journal of Medicine (NEJM) Career Center, pekerjaan non-klinis tidak selalu diidentikkan dengan penghasilan yang lebih kecil daripada bekerja sebagai klinisi.

Faktor penghasilan ini sebenarnya bergantung pada pengalaman para dokter (selama berpraktek dan spesialisasi), skills sets, dan kemampuan entrepreneural ketika ada peluang entrepreneurship muncul.

Beberapa pekerjaan non-klinis yang memiliki penghasilan setara atau lebih tinggi dari dokter klinisi antara lain di sektor asuransi kesehatan, manajemen, sektor industri farmasi dan physician-advising.

Sementara, penghasilan dapat lebih tinggi lagi, jika kita memilih karir non-klinis yang saat ini sedang high-demand, seperti sektor bisnis, administrasi kesehatan dan informatika. Meskipun jumlah pendapatan yang diterima mungkin tidak setinggi rerata penghasilan dokter bedah di Amerika.

Tips bagi yang ingin bertransisi karir non-klinis

Sebelum kita bertransisi dari default karir dokter sebagai klinisi menjadi karir non-klinisi , ada beberapa tips yang bisa dipraktikkan:

Leave a Reply