Dosen preklinik kedokteran: high demand tapi low supply
Ditengah gonjang-ganjing pembukaan fakultas kedokteran baru, ada sisi positif bagi para dokter yang ingin bekerja sebagai dosen. Sebab pembukaan fakultas kedokteran baru tersebut membuka banyak peluang untuk para dokter yang ingin menjadi dosen, termasuk dosen preklinik kedokteran.
Sayangnya, dewasa ini, tidak banyak lulusan dokter yang berniat untuk menjadi dosen, apalagi dosen pre-klinik. Padahal, kebutuhannya cukup tinggi.
Daftar isi
Banyak FK Universitas Negeri kekurangan dosen pre-klinik
Dalam diskusi terbuka dengan dekan dan perwakilan Fakultas Kedokteran (FK) se-Indonesia di acara penandatanganan SKB Kemenkes dan Kemendikbud beberapa waktu lalu, dr. Syarif Husin, MS, dekan FK UNSRI menyatakan bahwa saat ini banyak FK se-Indonesia yang mengalami kekurangan SDM tenaga pengajar.
Kekurangan tersebut mayoritas berada di ranah preklinik, seperti tenaga pengajar untuk ilmu dasar atau ilmu pre-klinik seperti anatomi, fisiologi, mikrobiologi, dan sebagainya. Hal ini utamanya terjadi di FK negeri, tapi tidak menutup kemungkinan juga di FK seluruh Indonesia.
Kekurangan tenaga pengajar ilmu dasar ini kemudian diisi dengan tenaga pengajar dari disiplin ilmu lainnya, misalnya lulusan dari fakultas biologi, fakultas kedokteran hewan, namun dengan kualifikasi magister sesuai dengan departemen preklinik yang membutuhkan (misalnya S2 Biomedik).
Dosen Preklinik: Tidak Cuan?
Salah satu penyebab yang menjadi pendorong rendahnya minat menjadi tenaga pengajar di bidang preklinik adalah gaji yang ditawarkan dianggap “kurang menarik”.
Apalagi jika dibandingkan dengan dokter yang bekerja di ranah klinis, ditambah dengan gelar spesialis, maka gaji yang ditawarkan sebagai dosen di ranah preklinik dianggap tidak berimbang. Sehingga, banyak lulusan pendidikan dokter yang memilih untuk melanjutkan pendidikan di tingkat spesialisasi ketimbang berkarir di ranah akademik sebagai dosen.
Sebagai dokter spesialis, penghasilan dapat mencapai puluhan juta dari satu SIP saja, sedangkan masing-masing dokter bisa memiliki setidaknya 3 SIP.
Sementara gaji pokok dosen PNS saat ini besarnya 3-4 juta. Jika ditambah dengan tunjangan-tunjangan lain, besarnya bisa bervariasi, namun belum tentu mencapai puluhan juta rupiah seperti dokter spesialis.
Rahasia Cuan para Dosen Preklinik
Sebenarnya bukan tidak mungkin para dosen preklinik ini dapat memperoleh penghasilan yang besar. Hanya saja, banyak orang tidak berpikir hingga ke sana.
Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh dosen preklinik adalah waktu. Ketimbang dokter spesialis yang bekerja di 3 RS/Klinik, dosen preklinik memiliki waktu kerja yang relatif lebih fleksibel.
Waktu yang fleksibel inilah yang kemudian dapat digunakan untuk melakukan side hustle yang lain. Misalnya menerbitkan buku, mengajar di luar kelas, entrepreneurship, bahkan yang paling keren saat ini adalah menjadi content creator.
Bahkan, menurut dr. Sindhu Wisesa, PhD, dosen UNSOED, dosen juga dapat berpartisipasi dalam proyek strategis pemerintah, yang mana bisa menjadi sumber pendapatan yang cukup besar.
Jika ditanya perihal gaji, rata-rata orang hanya menyoroti “gaji utama” sebagai dosen, padahal masih banyak pemasukan sampingan lainnya.
Era Penelitian, Era-nya Dosen
Khusus untuk sejawat yang memilih jalur dosen/jalur akademisi sebagai jalur karir karena kecintaan terhadap sains, maka jalur karir dosen bisa menjadi jalur yang justru “menghasilkan”.
Sebab, sejak kemunculan BRIN, kini banyak bermunculan grant untuk penelitian yang dapat membuat seorang dosen semakin produktif. Jika dosen semakin produktif, maka akan lebih mudah bagi mereka untuk “naik jabatan”, dan ini dapat meningkatkan pendapatan pada akhirnya.
Selain grant, kini banyak ditawarkan insentif-insentif bagi para dosen yang aktif meneliti, apalagi jika hasil penelitiannya dapat dipublikasikan di jurnal bereputasi. Maka dosen berhak mendapatkan insentif yang besarnya bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Keuntungan Dosen Preklinik: Beasiswa
Selain waktu yang lebih fleksibel, kesempatan meneliti dan memperoleh grant, dosen preklinik ternyata membuka peluang kita untuk “disekolahkan” ke jenjang yang lebih sedikit.
Bahkan ada beberapa beasiswa khusus yang diberikan untuk tenaga pengajar, misalnya seperti beasiswa BUDI-LPDP, beasiswa DIKTI, dan semacamnya. Beberapa beasiswa juga memberi kemudahan untuk applicant yang memiliki posisi sebagai dosen.
Karena kebutuhan dosen dengan kualifikasi tertentu sangat diperlukan oleh suatu departemen, maka tidak sedikit departemen yang kemudian mengeluarkan biaya khusus untuk menyekolahkan staf mereka. Misalnya untuk departemen yang membutuhkan kualifikasi S3, maka mereka akan mengeluarkan biaya untuk menyekolahkan staf dengan kualifikasi S1/S2 ke jenjang S3 di luar negeri sekalipun.
Kesimpulan
Meskipun profesi dosen preklinik terdengar “tidak prospek”, terdengar kurang bergengsi dan kurang cuan, pada kenyataannya profesi ini memiliki sisi positifnya tersendiri.
Apalagi kini profesi dosen preklinik di ranah fakultas kedokteran menjadi profesi yang high demand, sehingga peluang untuk mendapatkan posisi tersebut akan lebih besar.
Terkait cuan, jangan hanya melihat pada gaji dosen, karena masih banyak kesempatan berinovasi yang lain, hingga kesempatan mengenyam pendidikan tinggi, yang dapat meningkatkan kulialitas hingga pendapatan dosen.