Menjadi dokter relawan COVID-19 bagi dokter muda: sebuah peluang?
Menjadi dokter relawan COVID-19 mungkin sudah tidak asing lagi bagi temen-temen. Apalagi saat ini kebutuhan dokter meningkat. Tetapi, menjadi dokter relawan COVID-19 pasti membawa kengerian tersendiri, apalagi mengingat resiko yang tinggi dan perkara insentif yang sering simpang siur. Apakah peluang ini menarik?
Dokter relawan secara umum
Untuk dokter umum yang bekerja sebagai relawan umumnya direkrut melalui open recruitment dari tiap rumah sakit atau rekrutmen terpusat, misalnya dari Dinas Kesehatan atau dari Kementerian Kesehatan. Pendaftaran sendiri biasany membutuhkan STR, BPJS, tidak perlu sampai membutuhkan SIP.
Dokter relawan secara umum juga berhak mendaatkan pelatihan dan pembekalan, APD, dan jaminan kesehatan selama bekerja. Sementara perihal gaji, umumnya relawan akan mendapatkan insentif sesuai peraturan pemerintah. Namun, terkadang ada yang menawarkan gaji atau tunjangan juga, sesuai dengan peraturan RS/daerah masing-masing.
Tugas dari dokter relawan umumnya adalah membantu dokter tetap atau dokter yang bekerja di RS tersebut (termasuk PPDS) sesuai dengan arahan yang diberikan.
Kekhawatiran?
Kekhawatiran tentu saja ada. Terutama berkaitan dengan resiko terpapar penyakit. Karena umumnya relawan bekerja sebanyak 14-15 shift per bulan dengan lama bekerja sekitar 8jam/shift. Selain itu relawan bekerja merawat pasien yang memang positif COVID-19.
Selain itu, berita-berita meresahkan tentang insentif yang tidak kunjung turun juga kadang menjadi momok. Tetapi menjadi dokter relawan memiliki beberapa poin menarik.
Poin plus
Meskipun banyak kekhawatiran, ternyata menjadi dokter relawan dapat mengajarkan kita banyak hal. Mulai dari belajar melakukan swab, belajar tentang terapi dan responsnya pada pasien COVID-19, belajar tentang mitigasi pada kondisi pandemi, hingga hal-hal administratif seperti pencatatan dan pelaporan.
Hampir sama dengan bekerja sebagai dokter magang, kita bisa belajar sambil sekaligus bekerja. Kita bisa mengenal konsulen yang bekerja di unit COVID-19.
Sebagai relawan, kita juga jadi lebih terampil dalam pencegahan penyakit menular, termasuk dalam hal penggunaan APD dengan benar dan bagaimana menghindari pencegahan infeksi di lingkungan kerja.
Sebagai dokter umum, kita juga berhak mendapat insentif yang besarnya cukup. Selain itu, kita juga berhak mendapatkan sertifikat yang bermanfaat sebagai poin SKP maupun bermanfaat untuk meningkatkan nilai pengabdian kita sebagai dokter. Cocok untuk teman-teman yang ingin melanjutkan karir di dunia klinis.
Menarik atau engga, worth it atau engga, sebenarnya kembali lagi ke kita masing-masing, apakah sudah sesuai dengan visi misi kita. Yang jelas pandemi adalah peristiwa yang langka. Mempelajari tentang pandemi, mitigasi, dan hiruk pikuk didalamnya bisa memberi pengalaman yang bermanfaat. Karena tidak ada yang tau akan ada pandemi apa lagi di masa depan nanti.
Yang jelas, menjadi dokter relawan artinya kita harus ekstra hati-hati, siap untuk menjauh sesaat dari keluarga, harus menjaga kondisi tubuh tetap prima, dan harus sangat aware dengan kebersihan dan pencegahan penularan infeksi.
Kalau teman-teman, gimana pendapatnya?