Tips Menulis Publikasi untuk Mahasiswa S1 Kedokteran
Siapa bilang mahasiswa kedokteran tidak bisa publikasi penelitian? Memang, tugas mahasiswa kedokteran adalah belajar, tetapi tahukah kamu bahwa selain belajar mahasiswa kedokteran juga bisa belajar melakukan penelitian bahkan dari semester satu loh! Mau tau gimana tips publikasi untuk mahasiswa kedokteran? Yuk disimak!
Yuk simak penunturan Kevin Tandarto, dokter muda FK Atma Jaya Indonesia, (LinkedIn; daftar publikasi) yang sejak sudah aktif menulis dan melahirkan publikasi penelitian sejak di jenjang S1-nya dan sudah menghasilkan 4 publikasi selama di jenjang S1. Bahkan, manuskrip terbaru yang ditulisnya berhasil terbit di Indonesian Journal of Tropical Infection yang sudah terindeks Scopus.
Bagaimana tips dan trik publikasi untuk mahasiswa kedokteran jika belum pernah menulis sebelumnya? Berikut sudah dirangkum beberapa tips yang dapat membantu mahasiswa kedokteran atau dokter muda dalam menulis publikasi ilmiah.
Daftar isi
Mencari topik artikel ilmiah yang menarik
Hal ini merupakan paling dasar dalam menulis artikel penelitian untuk publikasi. Sumber inspirasi topik dapat didapatkan dari membaca artikel penelitian yang sudah dipublikasi sebelumnya, ide dari diskusi dengan dosen yang menyukai penelitian, atau dari permasalah pada dunia kedokteran saat ini.
Topik yang dianggap menarik adalah topik yang masih jarang diteliti dan hasil penelitiannya masih kontroversi.
Mencari dosen pembimbing untuk menulis artikel penelitian
Carilah dosen pembimbing yang sedang ingin melakukan penelitian pada universitas kamu. Tentunya dengan topik yang kita minati. Misalnya, ketika minat pada ilmu penyakit dalam tentunya mencari pembimbing dari dokter spesialis penyakit dalam.
Setiap dosen pasti menjalankan tri dharma perguruan tinggi, yang mana salah satunya adalah penelitian. Jadi, pasti ada dosen yang akan melirik kegigihan kita.
Jadi, jangan berputus asa jika tawaran menjadi pembimbing ditolak oleh dokter tersebut karena bisa jadi dosen lain berminat untuk membimbing. Tetap berusaha.
Membuat kelompok untuk menulis bersama artikel penelitian
Hal ini sering terlupakan oleh kebanyakan mahasiswa kedokteran. Bekerja sama dalam menulis artikel penelitian selain dapat meringankan beban kerja juga dapat meningkatkan networking dengan sesama sejawat. Membagi tugas dan waktu antar anggota kelompok juga dapat melatih kita untuk melatih time management.
Mengikuti seminar/workshop tentang publikasi artikel penelitian
Mengikuti seminar/workshop online maupun offline dapat membantu kita untuk mempelajari metodologi penelitian. Selain mendapat ilmu penelitian, kita juga dapat berkenalan langsung dengan teman-teman yang mempunyai satu tujuan dengan kalian yaitu publikasi. Peluang mencari kerja sebagai asisten penelitian juga akan meningkat juga loh.
Jangan takut jika artikel penelitian akan ditolak oleh jurnal untuk dilakukan publikasi
Peraih penghargaan nobel seperti Enrico Fermi (1938), Murray Gell-Mann (1969), Rosalyn S. Yalow (1977) pernah ditolak publikasi berkali-kali sebelum meraih hadiah nobel. Mereka tidak menyerah ketika artikel penelitiannya ditolak, namun mereka memperbaiki artikel penelitian dan kemudian meraih penghargaan Nobel. So, jangan menyerah jika penelitian kita ditolak oleh jurnal nasional maupun internasional
Itu dia beberapa tips yang dapat membantu teman-teman mahasiswa sarjana kedokteran untuk dapat memulai menulis.
Ingat, melakukan publikasi pada jurnal nasional/internasional dapat dilakukan oleh mahasiswa sarjana kedokteran maupun dokter muda. Mempelajari trik menulis sejak dini dapat membantu kita pada jenjang lanjut seperti PPDS, magister S2 maupun S3 yang mewajibkan untuk penelitian dan publikasi.
Apalagi, dewasa ini, seorang dokter dituntut tidak hanya menjadi klinisi tetapi juga paham penelitian. Sebab, penelitian merupakan ujung tombak dari ilmu klinis yang kita pelajari sehari-sehari. Selain itu, menulis artikel ilmiah dan melakukan publikasi dapat meningkatkan CV kamu. Menarik kan?
Jadi, jangan takut. There’s always a first time for everything..!!